Namun, sayangnya, penderitaannya belum berakhir. Meski dia sudah meminta maaf, kutukan itu tidak hilang sepenuhnya. Malam itu, Riko merasakan sakit yang luar biasa di seluruh tubuhnya. Keringat dingin membasahi tubuhnya, dan dia mulai berteriak kesakitan. Keluarganya hanya bisa menatap dengan cemas, tidak tahu harus berbuat apa.
Saat malam semakin larut, Riko akhirnya kehilangan kesadaran. Dalam tidurnya yang terakhir, dia melihat kakek tua itu lagi. "Aku sudah mencoba memberimu kesempatan, tetapi dosa yang kau perbuat terlalu besar," kata kakek itu sebelum menghilang.
Pagi harinya, Riko ditemukan meninggal dalam keadaan yang mengenaskan. Tubuhnya kaku dengan wajah yang penuh ketakutan. Keluarganya menangis histeris melihat keadaan Riko yang begitu tragis. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menerima kenyataan pahit itu.
Berita tentang kematian Riko menyebar dengan cepat. Warga desa percaya bahwa itu adalah peringatan untuk tidak bermain-main dengan tempat-tempat yang dianggap suci dan angker. Makam tua itu semakin ditakuti dan dijauhi oleh siapa pun yang melintas di sekitarnya. Kisah Riko menjadi legenda yang terus diceritakan dari generasi ke generasi, mengingatkan semua orang akan menerima  konsekuensi dari tindakan yang tidak menghargai alam sekitar.