Surobrojo memulai serangan dengan penuh kebencian. "Kau telah merebut kedudukanku, Aditya. Sekarang kau akan membayar untuk semua ini!" teriaknya.
Aditya, dengan ketenangan dan keterampilan bertarungnya, menghadapi setiap serangan dengan sigap. Pertarungan berlangsung sengit, namun Aditya berhasil mengatasi Surobrojo dengan keberanian dan strategi yang matang.
Akhirnya, Aditya berhasil menjatuhkan Surobrojo. "Surobrojo, kau telah melakukan teror yang merugikan rakyat. Kedudukan bukanlah tentang kekuasaan, tetapi tentang melayani dan melindungi rakyat. Kau telah gagal memahami itu," kata Aditya dengan suara tegas.
Surobrojo yang terluka dan kalah, ditangkap oleh prajurit Aditya. Para pengikutnya yang melihat pemimpin mereka kalah, menyerah dan meletakkan senjata. Dengan ditangkapnya Surobrojo, teror di Kadipaten Panggung pun berakhir.
Aditya dan Ratih kembali ke kadipaten dengan membawa kedamaian bagi rakyat. Mereka terus bekerja keras untuk membangun kembali kepercayaan dan rasa aman di kalangan rakyat. Keberanian dan kebijaksanaan Aditya, serta dukungan dan kecerdasan Ratih, menjadi inspirasi bagi seluruh penduduk.
Meskipun banyak cobaan yang mereka hadapi, Aditya dan Ratih tidak pernah menyerah. Mereka terus menunjukkan bahwa dengan keberanian, ketekunan, dan cinta yang tulus, mereka bisa menghadapi segala tantangan dan menjaga kedamaian serta kesejahteraan rakyat mereka.
Kadipaten Panggung menjadi lebih kuat dari sebelumnya, dan Aditya dengan gelar Smaradhana, bersama Ratih, menjadi simbol dari kepemimpinan yang adil dan bijaksana. Kisah mereka terus dikenang dan diceritakan, menginspirasi generasi berikutnya untuk selalu berjuang demi kebenaran dan keadilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H