Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dendam Adipati Surobrojo

5 Juli 2024   11:44 Diperbarui: 5 Juli 2024   11:56 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupan di Kadipaten Panggung yang semula damai mulai berubah ketika Surobrojo, mantan Adipati Panggung yang digantikan oleh Aditya, merasa tidak puas dengan penunjukan tersebut. Meskipun Raja Hayam Wuruk telah memberikan gelar dan wilayah kepada Aditya sebagai penghargaan atas jasanya, Surobrojo merasa terhina dan tidak menerima keputusan tersebut. Dalam diam, ia mulai merencanakan teror untuk mengganggu kedamaian Kadipaten Panggung.

Surobrojo mulai mengirimkan ancaman dan melakukan teror di malam hari. Rumah-rumah penduduk dibakar, hewan ternak diracun, dan ladang-ladang dirusak. Rakyat Kadipaten Panggung mulai dicekam ketakutan. Mereka tidak tahu kapan dan di mana teror akan terjadi lagi. Aditya dan Ratih, yang selama ini berusaha keras membangun dan melindungi kadipaten, merasa prihatin melihat ketakutan yang melanda rakyat mereka.

Aditya segera mengadakan pertemuan dengan para prajurit dan tokoh masyarakat. "Kita tidak bisa membiarkan teror ini terus terjadi. Surobrojo harus dihadapi dengan tegas. Kita perlu meningkatkan keamanan dan melindungi rakyat kita," kata Aditya dengan suara penuh tekad.

Para prajurit dan tokoh masyarakat setuju dengan Aditya. Mereka mulai melakukan patroli malam, mengawasi setiap sudut desa, dan memastikan bahwa rakyat merasa aman. Namun, teror yang dilakukan oleh Surobrojo tidak mudah dihentikan. Ia memiliki pengikut setia yang siap melakukan apa saja untuk memenuhi perintahnya.

Suatu malam, teror mencapai puncaknya ketika rumah salah satu tokoh masyarakat terbakar habis. Beruntung tidak ada korban jiwa, namun kejadian ini semakin meningkatkan ketakutan di kalangan rakyat. Aditya dan Ratih merasa bahwa mereka harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar meningkatkan keamanan.

Ratih, dengan kecerdasan dan ketenangannya, memberikan usulan. "Aditya, mungkin kita bisa mencoba pendekatan yang berbeda. Kita perlu mengetahui lebih banyak tentang rencana Surobrojo. Mungkin kita bisa menyusup ke dalam kelompoknya dan mencari informasi."

Aditya setuju dengan usulan Ratih. Ia mengirim beberapa prajurit terbaiknya untuk menyamar dan bergabung dengan kelompok Surobrojo. Dengan keberanian dan kecerdikan, mereka berhasil mendapatkan informasi penting tentang rencana-rencana Surobrojo.

Setelah mengetahui rencana teror yang lebih besar, Aditya memutuskan untuk menghadapi Surobrojo secara langsung. Ia mengirim pesan kepada Surobrojo, menantangnya untuk bertemu dan menyelesaikan masalah ini secara langsung.

Surobrojo, yang penuh dengan kebencian dan dendam, menerima tantangan tersebut. Ia yakin bahwa dengan kekuatannya, ia bisa mengalahkan Aditya dan merebut kembali posisinya sebagai Adipati Panggung.

Pertemuan diatur di sebuah tempat yang netral, jauh dari pemukiman penduduk. Aditya datang bersama para prajuritnya, sementara Surobrojo datang dengan pengikut setianya. Pertarungan yang tak terhindarkan pun terjadi.

Surobrojo memulai serangan dengan penuh kebencian. "Kau telah merebut kedudukanku, Aditya. Sekarang kau akan membayar untuk semua ini!" teriaknya.

Aditya, dengan ketenangan dan keterampilan bertarungnya, menghadapi setiap serangan dengan sigap. Pertarungan berlangsung sengit, namun Aditya berhasil mengatasi Surobrojo dengan keberanian dan strategi yang matang.

Akhirnya, Aditya berhasil menjatuhkan Surobrojo. "Surobrojo, kau telah melakukan teror yang merugikan rakyat. Kedudukan bukanlah tentang kekuasaan, tetapi tentang melayani dan melindungi rakyat. Kau telah gagal memahami itu," kata Aditya dengan suara tegas.

Surobrojo yang terluka dan kalah, ditangkap oleh prajurit Aditya. Para pengikutnya yang melihat pemimpin mereka kalah, menyerah dan meletakkan senjata. Dengan ditangkapnya Surobrojo, teror di Kadipaten Panggung pun berakhir.

Aditya dan Ratih kembali ke kadipaten dengan membawa kedamaian bagi rakyat. Mereka terus bekerja keras untuk membangun kembali kepercayaan dan rasa aman di kalangan rakyat. Keberanian dan kebijaksanaan Aditya, serta dukungan dan kecerdasan Ratih, menjadi inspirasi bagi seluruh penduduk.

Meskipun banyak cobaan yang mereka hadapi, Aditya dan Ratih tidak pernah menyerah. Mereka terus menunjukkan bahwa dengan keberanian, ketekunan, dan cinta yang tulus, mereka bisa menghadapi segala tantangan dan menjaga kedamaian serta kesejahteraan rakyat mereka.

Kadipaten Panggung menjadi lebih kuat dari sebelumnya, dan Aditya dengan gelar Smaradhana, bersama Ratih, menjadi simbol dari kepemimpinan yang adil dan bijaksana. Kisah mereka terus dikenang dan diceritakan, menginspirasi generasi berikutnya untuk selalu berjuang demi kebenaran dan keadilan.

https://bit.ly/KONGSIVolume1

Ig:pulpen
Ig:pulpen

Ig:pulpen
Ig:pulpen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun