Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengorbanan Seorang Anak Demi Nyawa sang Ibu

4 Juli 2024   18:24 Diperbarui: 4 Juli 2024   18:42 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sebuah rumah sederhana di pinggiran kota Semarang, tinggal seorang gadis bernama Rara bersama ibunya, Bu Lastri. Kehidupan mereka tidaklah mudah, apalagi setelah ayah Rara meninggal dunia akibat kecelakaan kerja lima tahun yang lalu. Sejak itu, Rara dan ibunya harus berjuang untuk bertahan hidup, hanya mengandalkan penghasilan Bu Lastri sebagai penjahit.

Rara adalah seorang siswi SMA yang cerdas dan rajin. Ia selalu mendapatkan nilai terbaik di kelasnya. Di sekolah, ia dikenal sebagai siswa teladan yang selalu siap membantu teman-temannya. Namun, di balik senyumannya yang cerah, Rara menyimpan beban yang berat. Ibunya, Bu Lastri, menderita penyakit ginjal yang memerlukan perawatan intensif dan biaya yang tidak sedikit.

Setiap hari, Rara harus melihat ibunya menahan rasa sakit dan kelelahan setelah bekerja. Perasaan putus asa sering kali menghantui pikirannya. Ia ingin membantu ibunya, tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Biaya pengobatan yang mahal membuat mereka terjerat dalam lingkaran utang yang tak berujung.

Suatu hari, saat pulang dari sekolah, Rara bertemu dengan seorang pria bernama Doni. Doni adalah teman lama ayahnya yang baru saja kembali dari luar negeri. Dia mendengar tentang kondisi keluarga Rara dari tetangganya dan merasa terpanggil untuk membantu. Doni menawarkan bantuan finansial kepada Rara, tetapi dengan syarat yang sangat mengagetkan.

"Aku bisa membantu biaya pengobatan ibumu, Rara," kata Doni dengan suara lembut. "Tapi, sebagai gantinya, kau harus menyerahkan sesuatu yang sangat berharga."

Rara terdiam. Ia bisa merasakan jantungnya berdetak lebih kencang. "Apa yang pak dhe maksud?" tanyanya dengan suara bergetar.

Doni menatap Rara dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kau tahu apa yang kumaksud, Rara. Aku ingin keperawananmu."

Kata-kata Doni seperti petir di siang bolong. Rara merasa tubuhnya gemetar dan air matanya mulai mengalir tanpa bisa ditahan. Pikiran tentang ibunya yang kesakitan dan tak berdaya memenuhi benaknya. Ia merasa terperangkap dalam dilema yang sangat menyakitkan. Apakah ia harus mengorbankan dirinya demi menyelamatkan nyawa ibunya?

Malam itu, Rara tak bisa tidur. Ia memikirkan tawaran Doni berulang kali. Setiap kali ia menatap wajah ibunya yang tertidur lelap, hatinya semakin hancur. Ia tahu bahwa ibunya tidak akan pernah mengizinkannya melakukan hal tersebut, tetapi ia juga tahu bahwa tanpa bantuan finansial, nyawa ibunya terancam.

Keesokan harinya, Rara menemui Doni di sebuah warkop. Dengan hati yang berat dan mata yang sembab, ia mengatakan, "Aku setuju. Aku akan melakukan apa yang pak dhe minta, demi ibuku."

Doni tersenyum puas. "Bagus. Kita akan bertemu di hotel malam nanti. Aku akan memastikan semua biaya pengobatan ibumu tercover sepenuhnya."

Malam itu, Rara pergi ke hotel dengan perasaan hancur. Ia merasa seperti kehilangan jiwanya. Namun, demi ibunya, ia rela mengorbankan segalanya. Ketika ia tiba di hotel, Doni sudah menunggunya. Dengan air mata yang mengalir deras, Rara menyerahkan dirinya kepada Doni.

Setelah kejadian itu, Doni memenuhi janjinya. Ia membayar semua biaya pengobatan Bu Lastri. Perlahan, kondisi Bu Lastri mulai membaik. Namun, Rara merasa kehilangan dirinya sendiri. Rasa bersalah dan trauma menghantui setiap hari-harinya.

Sementara itu, Bu Lastri mulai curiga dengan perubahan sikap Rara. Ia tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh putrinya, tetapi tidak tahu apa itu. Suatu hari, Bu Lastri menemukan catatan yang ditulis oleh Rara di dalam laci meja belajarnya. Di dalam catatan itu, Rara menceritakan semua yang terjadi antara dirinya dan Doni.

Dengan air mata mengalir deras, Bu Lastri merasa hatinya hancur. Ia tidak menyangka putrinya akan mengorbankan dirinya sejauh itu demi dirinya. Dengan penuh rasa bersalah, ia memeluk Rara yang sedang tertidur.

Keesokan paginya, Bu Lastri memutuskan untuk melaporkan Doni ke pihak berwenang. Ia tahu bahwa apa yang dilakukan Doni adalah tindakan yang keji dan tidak manusiawi. Dengan bantuan seorang pengacara, Bu Lastri berhasil membawa kasus ini ke pengadilan. Doni akhirnya ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara atas perbuatannya.

Setelah semuanya berakhir, Rara dan Bu Lastri berusaha untuk memulai hidup baru. Meskipun bekas luka di hati Rara tidak akan pernah hilang, ia merasa sedikit lega karena keadilan telah ditegakkan. Ia bertekad untuk melanjutkan hidupnya dengan lebih kuat dan tegar, demi ibunya yang sangat ia cintai.

Waktu berlalu, dan Rara berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan gemilang. Ia diterima di universitas ternama dengan beasiswa penuh. Kehidupan mereka mulai membaik, meski bayangan masa lalu masih sering menghantui.**

https://bit.ly/KONGSIVolume1

IG : pulpen
IG : pulpen

IG : pulpen
IG : pulpen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun