Sejak malam itu, aku hidup dalam penderitaan yang tak terlukiskan. Setiap detik adalah siksaan. Aku tidak bisa tidur, tidak bisa makan, dan yang ada hanyalah rasa sakit dan penyesalan yang mendalam. Perlahan, tubuhku mulai melemah. Penyakit misterius mulai menggerogoti tubuhku. Tidak ada dokter yang bisa menyembuhkanku.
Hari terakhir hidupku tiba. Dalam keadaan lemah, aku terbaring di tempat tidurku. Bayangan Ratih dan Daffa kembali muncul, tapi kali ini mereka tersenyum. Senyum itu penuh dengan kedamaian, seolah-olah mereka telah memaafkanku. Aku menangis, merasakan penyesalan yang begitu dalam. Di detik-detik terakhir, aku berbisik, "Maafkan aku..."
Kemudian, kegelapan menyelimuti segalanya. Aku mati dalam penderitaan, membawa penyesalan itu hingga ke alam baka. Tidak ada yang tersisa dari kekayaanku, kekayaan yang tidak bisa di nikmati. Ini hanya cerita tentang seorang pria yang mengorbankan segalanya demi kekayaan dan kebahagian semu, dan akhirnya harus menanggung akibatnya dalam kesendirian dan penderitaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H