Mereka berbicara panjang lebar tentang perasaan mereka dan konsekuensi yang akan dihadapi. Dion tahu bahwa keputusannya akan melukai banyak pihak, terutama Siska. Tapi ia juga tahu bahwa ia harus jujur pada dirinya sendiri.
Dion akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan Siska. Mereka bertemu di sebuah taman yang sepi.
"Sis, aku punya sesuatu yang penting untuk disampaikan," kata Dion dengan suara bergetar.
Siska menatap Dion dengan cemas. "Apa itu, Dion?"
Dion menghela napas panjang. "Aku... aku mencintai Ibumu. Perasaanku terhadapmu sudah berubah. Aku tahu ini sulit untuk diterima, tapi aku harus jujur padamu."
Siska terdiam, matanya mulai berkaca-kaca. "Apa maksudmu, Dion? Kau mencintai Ibu? Bagaimana bisa?"
Dion menunduk, merasa bersalah. "Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Ini hanya terjadi begitu saja. Aku sangat menyesal, Siska."
Air mata mulai mengalir di wajah Siska. "Dion, aku mencintaimu. Aku tidak pernah menyangka kau akan melakukan ini padaku."
Dion merasakan sakit yang mendalam melihat Siska menangis. Tapi ia tahu bahwa ia harus tegas dengan keputusannya.
Setelah pengakuan itu, hubungan Dion dan Siska berakhir dengan penuh kesedihan. Siska merasa sangat terluka dan membutuhkan waktu untuk menyembuhkan hatinya. Sementara itu, Dion dan Ibu Lita memutuskan untuk memberikan waktu sebelum mengumumkan hubungan mereka kepada dunia.
Setahun kemudian, Dion dan Ibu Lita menikah dalam sebuah upacara sederhana. Mereka tahu bahwa banyak orang yang akan menilai dan menghakimi, tapi mereka yakin dengan cinta mereka. Siska hadir di pernikahan itu, meski dengan hati yang masih terluka. Ia mencoba untuk menerima kenyataan dan melanjutkan hidupnya.