Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Seri Petualangan Hans: Perselisihan dengan Charlie Angles

29 Juni 2024   07:34 Diperbarui: 29 Juni 2024   07:37 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


" setiap kuraih pasti terlepas dan menghempas pada diriku "

Hans anak SMP yang dikenal karena keunikan dan kesetiakawanannya dengan beberapa teman dekatnya: Sigit, Ipung, Haryono, dan Dani. Mereka membentuk sebuah gang yang cukup terkenal di sekolah. Namun, di sekolah mereka, juga terdapat gang perempuan yang sangat disegani, yang menyebut diri mereka Charlie's Angels: Catur, Riana, dan Atun.

Catur adalah pemimpin gang, selalu tampil modis dan cerdas. Riana, dengan kecantikan dan kepandaiannya, adalah yang paling banyak disukai. Sedangkan Atun, meskipun lebih pendek dan gemuk, adalah anggota yang paling setia dan berani.

Suatu hari, saat jam istirahat, Haryono dan teman-temannya sedang berkumpul di kantin. Mereka melihat Atun berjalan melewati mereka dengan rambutnya yang dipotong poni. Haryono, yang selalu iseng, mulai meledek Atun.

"Hei, lihat! Atun kayak Ucrit nih, rambutnya poni semua!" seru Haryono sambil tertawa keras.

Sigit, Ipung, dan Dani ikut tertawa, sementara Hans hanya tersenyum kecut. Atun merasa sangat malu dan marah, tapi ia memilih untuk tidak membalas dan hanya berlalu dengan wajah merah padam. Namun, ledekan tersebut segera menyebar ke seluruh sekolah.

Mendengar Atun diledek, Catur dan Riana tidak tinggal diam. Mereka tahu bahwa Atun sangat terhina dengan ejekan tersebut dan merasa harus melakukan sesuatu untuk membela sahabat mereka.

"Kita harus beri mereka pelajaran ," kata Riana dengan tegas.

Catur mengangguk. "Kita akan lakukan sesuatu, tapi kita kerjain mereka, langsung konfrontasi."

Namun, yang tidak mereka ketahui, Atun telah menceritakan kejadian tersebut kepada pacarnya, Arief, seorang preman kampung yang dikenal garang di lingkungan sekolah. Arief merasa martabatnya terinjak-injak dan berniat membalas dendam kepada Haryono dan teman-temannya.

Arief segera mengumpulkan teman-temannya untuk merencanakan balas dendam. Ia bertekad untuk memberikan pelajaran kepada Haryono dan gang-nya. Dalam pertemuan mereka di sebuah warung koboi samping sekolahan, Arief membeberkan rencana penyerangan kepada teman-temannya.

"Kita ajari mereka sopan santun. Tidak ada yang boleh menghina Atun, terutama di depan umum," kata Arief dengan wajah serius.

Sementara itu, Hans dan teman-temannya tidak menyadari bahaya yang sedang mendekati mereka. Mereka tetap beraktivitas seperti biasa, tanpa mengetahui bahwa perselisihan kecil tersebut telah memicu kemarahan besar.

Suatu sore, saat Haryono, Sigit, Ipung, Dani, dan Hans sedang berjalan pulang dari sekolah, mereka dihadang oleh Arief dan gengnya di pertigaan pasar sampangan. Arief maju ke depan, menatap tajam ke arah Haryono.

"Kalian pikir bisa ledek-ledek Atun begitu saja? Kalian harus bertanggung jawab!" teriak Arief.

Haryono yang merasa terpojok mencoba membela diri. "Kita cuma bercanda, broo...nggak ada maksud meledek atau menghina Atun."

Namun, Arief tidak mendengarkan, dan langsung menonjok muka Haryono. Pertempuran pun tak terelakkan. Arief dan anak buahnya menyerang Haryono cs dengan brutal. Haryono terkena pukulan di wajahnya, sementara Sigit dan Ipung berusaha melawan, tetapi jumlah mereka kalah banyak. Dani juga terjatuh dan berusaha melindungi dirinya.

Hans yang melihat teman-temannya diserang, berusaha untuk menenangkan situasi. "Tunggu., tunggu! Kita bisa bicarakan ini baik-baik," teriak Hans.

Namun, suara Hans tenggelam dalam keributan. Situasi semakin kacau dan kekerasan pun terjadi di sana.

Dalam kekacauan tersebut, tiba-tiba muncul Catur dan Riana. Melihat perkelahian yang terjadi, mereka merasa bersalah dan tahu bahwa ini sudah terlalu jauh.

"Cukup, cukup! Hentikan perkelahian ini sekarang juga!" teriak Catur dengan suara lantang.

Arief yang melihat Catur dan Riana, perlahan mundur. "Apa-apaan ini, ini bukan urusan kalian!"

"Tapi ini urusan kami. Ini internal sekolah kami, dan kami tidak akan membiarkan kekerasan terjadi di sini," kata Riana dengan tegas.

Akhirnya, Arief dan gengnya mundur, meninggalkan Haryono dan teman-temannya yang terluka.

Setelah perkelahian berakhir, Catur dan Riana membantu Hans dan teman-temannya berdiri. Mereka membawa Haryono cs ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan.

"Kita minta maaf atas kejadian ini. Kita seharusnya tidak membiarkan hal ini terjadi," kata Catur.

Hans mengangguk. "Kita juga minta maaf. Haryono tidak seharusnya meledek Atun. Walau hanya bercanda kita tetap minta maaf kalau atau bebar - benar tersinggung dan marah."

Setelah kejadian tersebut, Hans dan teman-temannya berusaha untuk lebih menghargai perasaan orang lain. Mereka menyadari bahwa lelucon yang tidak pada tempatnya bisa berakibat fatal.

Meskipun kejadian tersebut meninggalkan luka, baik fisik maupun emosional, semua pihak belajar untuk lebih memahami dan menghargai satu sama lain. Hans, Haryono, Sigit, Ipung, dan Dani mulai lebih berhati-hati dalam bercanda, sedangkan Catur, Riana, dan Atun semakin menghargai keberanian dan kejujuran Hans dalam menyelesaikan masalah.

Mereka menyadari bahwa persahabatan dan saling menghormati adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan damai di sekolah. Kejadian tersebut menjadi pelajaran berharga bagi mereka semua.

Semarang 1985

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun