Keakraban Hans dan Bu Yanti semakin menimbulkan ketegangan di antara teman-temannya. Suatu hari, Ariani, Astrid, dan Ani memutuskan untuk berbicara langsung dengan Hans.
"Hans, kita perlu bicara," kata Ani dengan tegas.
Hans yang sedang bersantai di kantin, mengangguk. "Ada apa, An..."
"Kita semua merasa nggak nyaman dengan kedekatanmu sama Bu Yanti," kata Astrid.
Ariani menambahkan, "Hans, kita cuma khawatir. Bu Yanti itu guru kita. Ada batasan yang harus dijaga."
Hans terdiam sejenak. "Aku ngerti kekhawatiran kalian. Tapi Bu Yanti itu baik dan dia nggak bermaksud buruk."
Suatu hari, saat Hans sedang berjalan di koridor sekolah, Bu Yanti menghampirinya. "Hans, kamu punya waktu sore ini? Aku ingin kita jalan-jalan."
Hans mengangguk tanpa ragu. "Tentu, Bu Yanti. Di mana kita bertemu?"
Setelah pelajaran usai, Hans bertemu dengan Bu Yanti di depan sekolah. Mereka pergi ke simpang lima, alun - alun di tengah kota semarang, menikmati suasana sore yang cerah. Bu Yanti terus menunjukkan perhatiannya dengan cara yang membuat Hans merasa semakin nyaman.
Namun, saat mereka berjalan, Hans melihat Ani di kejauhan. Wajah Ani menunjukkan ekspresi kecewa dan marah. Hans merasa bersalah dan bingung harus berbuat apa.
Malam itu, Hans tidak bisa tidur. Ia terus memikirkan reaksi Ani dan teman-temannya. Hans tahu bahwa ia harus membuat keputusan. Apakah ia akan terus menikmati perhatian dari Bu Yanti atau kembali fokus belajar dan kembali berkumpul  bersama teman-temannya?