Setelah para dukun berhasil kita kalahkan, aku segera menghampir mbah Hadi yang sekarat dan muntah darah. Aku coba membantu menyalurkan hawa murni dalam ketubuh mbah Hadi. Perlahan mbah Hadi siuman dan menanyakan dimana sosok yang menolong kita tadi. Aku kaget karena terlalu fokus menolong mbah Hadi sehingga melupakan sosok penolong kami. Saya coba mencari dan memanggil-manggil, tapi sosok itu telah menghilang.
Kemenangan ini harus dibayar mahal. Nenekku, yang sudah sangat lemah, tidak bisa bertahan lebih lama. Meskipun kami berhasil mengalahkan para dukun santet, nenek tetap tidak tertolong. Dengan air mata yang mengalir, aku menggenggam tangan nenek dan menemaninya hingga tempat peristirahatan terakhir.
Nenekku telah pergi, tetapi aku tahu bahwa ia pergi dengan tenang. Aku telah berusaha sekuat tenaga untuk melindunginya dan melawan para dukun santet yang menyerangnya. Pengalaman ini mengajarkanku banyak hal tentang kekuatan cinta, keberanian, dan ketabahan.
Setelah tujuh hari meninggalnya nenek, aku kembali ke kehidupan normal. Aku selalu mengingat pengalaman ini sebagai bagian dari perjalanan hidupku. Kisah ini adalah pengingat bahwa kita harus selalu berjuang untuk melindungi orang-orang yang kita cintai, apapun rintangannya. Kekuatan cinta dan keberanian akan selalu membawa kita melalui masa-masa sulit, dan kita harus selalu percaya bahwa kebaikan akan menang pada akhirnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H