Mohon tunggu...
Ina Purmini
Ina Purmini Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga, bekerja sebagai pns

Menulis untuk mencurahkan rasa hati dan isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Optimalisasi Donasi Alumni

2 Februari 2024   23:47 Diperbarui: 2 Februari 2024   23:58 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

UKT atau Uang Kuliah Tunggal akhir-akhir sering dikeluhkan mahal, sehingga banyak mahasiswa terancam DO karena tidak bisa membayar UKT. Salah satu PTN memberikan alternatif pembiayaan UKT melalui Pinjol, nmun banyak menuai penolakan sebab reputasi Pinjol selama ini sering memunculkan masalah baru.

Tujuan sistem pembayaran dengan UKT sesungguhnya baik, dimana setiap mahasiswa bisa berbeda-beda jumlah UKT yang dibayarkan tiap semester, tergantung pada kondisi ekonomi orang tua/walinya. Jika orang tua/wali mahasiswa berpenghasilan tinggi, UKT yang dikenakan juga tinggi. Dan yang penghasilan orang tua/walinya rendah, dikenakan UKT rendah pula. Di situlah subsidi silang dalam pembiayaan pendidikan terjadi.

Faktanya meskipun mahasiswa kurang mampu telah diberikan fasilitas UKT paling rendah, masih saja memberatkan dan tidak bisa membayar. Lalu apa solusi untuk mengatasi hal ini :

1. Dari sisi orang tua

Satu-satunya solusi paling solutif adalah perencanaan keuangan yang matang, dengan mempersiapkan biaya kuliah anak sejak anak balita atau bahkan sejak lahir, dengan menabung. Biaya pendidikan paling mahal adalah saat di bangku kuliah pada saat anak berusia sekitar 18-19 tahun. Dengan demikian ada waktu bagi orang tua mempersiapkan dalam waktu yang cukup panjang, sehingga dana yang harus disisihkan untuk ditabung menjadi lebih sedikit sebab waktu menabung yang panjang.

Disamping menabung uang, ada pengalaman tetangga di kampung yang mempersiapkan biaya kuliah anak dengan memelihara ternak (kambing/sapi/kerbau) sejak si anak masih kecil. Ketika anaknya sudah kuliah, untuk membayar uang kuliah si orang tua menjual ternaknya satu persatu, sebab setelah sekian tahun ternaknya sudah beranak pinak, banyak.

2. Dari sisi kebijakan kampus

a. Memperbanyak kuota beasiswa

Sesungguhnya Pemerintah sudah menyiapkan beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu yaitu Bidik Misi. Namun karena kuotanya yang terbatas, membuat penerima beasiswa ini hanya sedikit. Dan banyak mahasiswa yang tidak masuk kriteria tidak mampu (tetapi sesungguhnya pendapatan orang tuanya pas-pasan) tidak bisa menerima beasiswa Bidik Misi ini. Oleh karena itu Pemerintah bisa memperluas cakupan atau membanyak kuota beasiswa Bidik Misi ini.

b. Pola orang tua asuh

Pendanaan pendidikan dengan pola orang tua asuh, dulu pernah menjadi gerakan yang cukup masif, biasanya untuk anak sekolah SD, SMP, SMA. Namun seiring waktu, disebabkan SD, SMP Negeri sekarang ini gratis, sepertinya program ini tidak lagi seperti dulu.

Nah, karena sekarang yang dirasakan sulit adalah membiayai anak kuliah, tidak ada salahnya gerakan orang tua asuh untuk pendanaan biaya kuliah bagi mahasiswa tidak mampu kembali digalakkan. PTN dapat menawarkan kepada orang tua/wali mahasiswa yang berada untuk menjadi orang tua asuh bagi mahasiswa tidak mampu.

c. Optimalisasi donasi alumni

Sebenarnya sudah banyak praktek baik, dimana para alumni fakultas tertentu secara bergotong royong menggalang dana untuk diberikan sebagai beasiswa kepada adik-adik angkatan yang kesulitan membayar uang kuliah. Jika gerakan seperti ini diorganisir secara serius, para alumni  terinformasikan dengan jelas tentang program donasi alumni , sasaran mahasiswa juga yang benar-benar membutuhkan, rasanya para alumni terlebih yang sudah sukses tidak akan ragu untuk menyumbang bagi adik-adik angkatannya.

d. Optimalisasi program magang

Pihak kampus dan stake holder harus lebih aktif mencari partner/perusahaan/instansi sebagai mitra kerja yang bisa memberikan pekerjaan part time kepada mahasiswa.  Mahasiswa tidak perlu gengsi  jika misalnya pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan disiplin ilmunya, atau pekerjaan yang terlihat sepele seperti misalnya menjadi OB di sebuah perusahaan, karena tujuan utama dari program ini adalah diperolehnya dana bagi mahasiswa untuk membayar kuliahnya. Sebagai perbandingan, di luar negeri banyak mahasiswa yang bekerja part time menjadi tukang cuci piring di restoran, loper koran, dll. untuk menghasilkan uang. Mestinya hal ini bisa dilakukan juga di tanah air.

e. Mendorong kreatifitas mahasiswa

Perguruan tinggi bisa mendorong mahasiswa untuk berpikir kreatif sejak semester 1, baik melalui jalur formal dengan memasukkan mata kuliah kewirausahaan dalam kurikulumnya, ataupun melalui unit kegiatan mahasiswa yang bersifat ekstra kurikluler. Harapannya setelah memperoleh pembekalan baik intra maupun ekstra kurikuler, mahasiswa sendiri yang aktif mencari pekerjaan sampingan, misalnya memberikan les privat bagi anak sekolah, menjadi resseler dan lain-lain pekerjaan sampingan yang tidak mengganggu kuliah. Atau mahasiswa juga dapat memulai sebuah wirausaha yang tanpa modal misalnya resseler, atau mendapatkan penghasilan secara online yang saat ini rasa-rasanya sangat besar peluang untuk memperoleh uang dari dunia digital. Tentu saja disesuaikan dengan minat masing-masing mahasiswa.

f. Pinjaman dana pendidikan

PTN yang menawarkan solusi bekerja sama dengan Pinjol dalam rangka mengatasi mahasiswa yang nunggak UKT, mungkin sudah membuat skema yang metinya tidak memberatkan mahasiswa. Namun sekali lagi, karena maraknya permasalahan pinjol di masyarakat, solusi ini ditolak banyak pihak.

Pinjaman pendidikan ini haruslah pinjaman lunak sehingga tidak memberatkan mahasiswa, yang mulai dicicil pembayarannya ketika mahasiswa sudah lulus dan memperoleh pekerjaan/mempunyai penghasilan. Atau sebagai bentuk perikatan, tetap dicicil sejak pinjaman diterima namun dengan nominal yang terjangkau. Perjanjian kerjasama kredit ini harus diatur secara jelas terkait hak dan kewajiban masing-masing pihak, jangka waktu pembayaran, jumlah pinjaman, jumlah cicilan, besarnya jasa, penanganan jika terjadi wanprestasi dan hal-hal lainnya yang perlu diatur. Mestinya jangka waktu pinjaman dapat dibuat panjang misalnya 5-15 tahun, seperti KPR. Dengan demikian pinjaman dana pendidikan ini benar-benar menjadi solusi bagi mahasiswa tidak mampu, bukan malah menambah perso'alan baru dengan banyaknya mahasiswa yang terjerat utang dan tak bisa membayar.

Dengan alternatif solusi di atas, semoga tidak ada lagi mahasiswa yang drop out karena tidak mampu membayar uang kuliah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun