Senada dengan hal di atas, jangan lupakan juga ketika kita dari luar kota, pastikan ada jatah oleh-oleh untuk si mbak , jangan hanya menghitung tetangga dan teman di kantor. Inti dari semua itu adalah : jangan pelit ke si mbak.
4. Berikan hari liburÂ
Meskipun si mbak menginap di rumah kita, sebaiknya tetap berikan hari libur. Kalau si mbak saya, Â rumahnya berjarak hanya 20 km dari rumah, sehingga terkadang dia pulang sabtu siang/sore dan datang kembali minggu sore. Tetapi ada kalanya tidak pulang bahkan lebih sering pulangnya sebulan sekali setelah gajian saja.
Sebaiknya jatah libur atau paling tidak kelonggaran waktu tetap kita berikan. Masalah si mbak memanfaatkan atau tidak waktu liburnya itu masalah lain. Sebab jika dia libur tidur ngapa-ngapain juga katanya nggak enak. Jadi ya...tetap saja mencuci, menyetrika, beres-beres rumah, dsb.Â
Demikian beberapa pengalaman hubungan kerja saya dengan si mbak yang bekerja di rumah.  Dan sejauh ini dengan menerapkan hal tersebut, semuanya baik-baik saja. Sampai sekarang meskipun si mbak yang 3 kakak beradik tadi sudah punya anak masing-masing, mereka masih suka berkunjung ke rumah kami, bahkan membawa serta  oleh-oleh untuk anak-anak yang dulu diasuhnya. Intinya sebenarnya hanya satu, "perhatikan dan sayangi si mbak dan si mbak pun akan sayang pada keluarga kita".Â
Oh iya satu lagi, entah karena begitu terkesannya dengan kami, atau tepatnya sebegitu sayangnya pada anak kami yang diasuhnya, si mbak (kakak pertama dari 3 kakak beradik) memberi nama panggilan anaknya sama dengan nama panggilan anak kami!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H