Mohon tunggu...
Ina Purmini
Ina Purmini Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga, bekerja sebagai pns

Menulis untuk mencurahkan rasa hati dan isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Tak Ada "Blue Fire", Edelweiss pun Bikin Jatuh Hati

8 Januari 2023   01:09 Diperbarui: 15 Januari 2023   12:25 1356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puncak Ijen| Dokumentasi pribadi

Satu lagi yang sangat menggembirakan adalah bisa melihat kembali edelweis di habitatnya!

Memang bunganya masih kuncup dan hanya di beberapa pucuk serta tidak banyak terlihat pohon edelweis sebab jarak pandang yang semakin pendek.

Namun melihat pohonnya yang hijau keputih-putihan itu saja sudah membuat hati senang. Sungguh sebuah suasana yang tidak pernah kami dapatkan di rumah di kota kami yang panas.

Edelweis dan kuncup bunganya| Dokumentasi pribadi
Edelweis dan kuncup bunganya| Dokumentasi pribadi

Setelah menempuh perjalanan selama 3 jam sekitar pukul 07.00 WIB sampailah kami di puncak Ijen di ketinggian 2.769 mdpl! Alhamdulillah.... kami sekeluarga berlima bisa mencapai puncak dengan selamat.

Namun harapan cuaca semakin cerah di puncak tidak terealisasi. Justru sebaliknya yang terjadi hujan semakin deras, angin semakin terasa kencang, kabut semakin tebal dengan jarak pandang sekitar 5-10 meter saja, dingin semakin menusuk dan tentu saja kawah tak terlihat karena tertutup kabut.

Untung di puncak terdapat pondok yang tertutup (hanya berdinding plastik), namun cukuplah bagi kami untuk menghangatkan diri sejenak sambil menikmati kopi, susu jahe, bakwan serta pisang goreng yang disediakan ibu kantin puncak Ijen. 

Kami masih berharap semakin siang cuaca akan semakin cerah, kabut menipis dan terlihat kawah Ijen yang cantik yang sebelumnya hanya kami lihat dari gambar di medsos.

Namun sampai sekitar 1 jam di puncak, cuaca yang diharapkan tidak semakin membaik. Bahkan berdasarkan informasi dari seorang bapak yang terbiasa di puncak, menyampaikan bahwa sudah 2 hari terakhir cuacanya seperti ini, bahkan sampai sore masih tetap berkabut tebal dan gerimis serta hujan.

Oleh karena itu kami memutuskan untuk turun gunung. Dan melihat kondisi putri bungsu kami yang terlihat kecapaian, serta kebetulan ada tukang ojeg gerobak yang menawarkan jasanya, 1 gerobak bisa untuk ibu dan anak, kami memutuskan turun menggunakan jasa ojeg gerobak. Hanya kami berdua (ibu+anak) yang naik ojeg, sedangkan suami dan anak-anak cowok tidak.

Turun menggunakan ojeg gerobak ternyata jauh lebih cepat sampai di bawah, meskipun di beberapa turunan tajam agak khawatir gerobak meluncur tak terkendali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun