Mohon tunggu...
Nurjannah
Nurjannah Mohon Tunggu... Freelancer - Masih belajar

Happy woman as a mother and a learner...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ter-lockdown di Malaysia (Part 1)

14 April 2020   15:19 Diperbarui: 14 April 2020   15:51 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syukurnya, jawaban petugas imigrasi diujung saluran telepon sangat menenangkan, "tidak perlu panik, begitu kantor imigrasi dibuka, silahkan ibu datang, nanti petugas kami akan membantu". Saya lega saat itu. Saya bersiap-siap untuk datang paling pagi saat kantor imigrasi dibuka.

Selama minggu pertama MCO, saya diserang Covid19-Anxiety. Saya mengalami kecemasan berlebihan yang tidak dapat dijelaskan. Setiap pagi dan sore saya memeriksa suhu tubuh, seharian saya hanya berbaring sambil mencari berita apa saja tentang Covid19 tanpa dapat saya kendalikan. 

Saya merasa tidak bertenaga, ketakutan ketika batuk dan bersin, mencuci tangan saya sesering mungkin, bahkan sulit untuk tidur nyenyak. Serta sering berandai-andai jika saya sudah terpapar virus. 

Berita dan kabar apapun yang saya terima disiang hari akan berubah menjadi mimpi menyeramkan dan membuat saya terbangun ditengah malam. Menyadari kondisi mental saya tidak sehat saya mencari informasi tentang Covid19-Anxiety dan mengetahui saya tidak sendiri. Banyak orang diseluruh dunia juga mengalaminya. 

Saya mencoba memulihkan diri dan keluar dari zona ketakutan dengan berdoa dan berbagi kecemasan saya dengan keluarga dan teman. Akhirnya, saya pun mampu mengendalikan diri dan emosi.

Tapi, cerita belum usai, masa MCO diperpanjang 14 hari kedepan (term ke 2). Saya kembali cengok, tidak ingin mengulang siklus di minggu pertama. Dengan mempertimbangkan dokumen permohonan visa anak saya yang sudah dinyatakan secara lisan diterima plus kondisi perkembangan virus corona di Indonesia yang agak kabar-kabur, saya memutuskan untuk mengambil resiko bertahan di Malaysia. 

Meskipun saat ini visa anak saya mulai expired. Saya bertekad akan menghadapi apapun urusan yang akan terjadi di tanggal 15 nanti, saat saya datang ke kantor imigrasi. Ini adalah hidup saya, saya harus dan akan bertanggungjawab.

Saya mencari informasi tentang kebijakan imigrasi Malaysia di tengah pandemi ini dan menemukan bahwa ada banyak orang Indonesia yang menghadapi masalah yang sama. 

Untungnya, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur memahami keresahan warganya. KBRI mengeluarkan survey pendataan WNI terdampak MCO. 

Dalam form tersebut ditanyakan masalah apa yang dihadapi WNI, apakah kebutuhan pokok, visa atau kesehatan. Bersemangat saya mengisi formulir tersebut dengan harapan KBRI mungkin akan memfasilitasi masalah visa anak saya. 

Setidaknya, saya dan anak saya tidak termasuk sebagai pelanggar hukum. Saya juga mulai mengecek tiket pesawat untuk kembali ketanah air, mengingat Ramadhan akan segera tiba. Saat ini, berkumpul dengan keluarga adalah yang sangat saya rindukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun