Mohon tunggu...
Inamul Hasan
Inamul Hasan Mohon Tunggu... Freelancer - Pegiat Literasi

Santri | Mahasiswa | Researcher | Traveler | Peresensi | Coffee Addict | Interested on History and Classical Novels

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dilema Mahasiswa di Tanah Rantau Gara-gara Corona

27 Maret 2020   04:54 Diperbarui: 27 Maret 2020   19:27 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tujuh mahasiswa asal Sumatera Selatan yang baru tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Sabtu (1/2/2020), berfoto bersama keluarganya. Para mahasiswa yang menempuh pendidikan di China itu memilih pulang ke tanah air, lantaran adanya penyebaran virus corona.(KOMPAS.com/AJI YK PUTRA)

Mereka (para orangtua) takut jika wilayah yang dimaksud tiba-tiba saja harus di-lockdown. Oleh karena itu, mereka meminta anaknya segera pulang sebelum (kebijakan) lockdown itu terjadi.

Walaupun lockdown belum dijadikan sebuah kebijakan, namun wacana yang berkembang sudah mengarah ke situ. Narasi-narasi untuk tidak mudik, work from home (WFH), #DiRumahAja selama 14 hari, atau beberapa pekan terus digaungkan.

Narasi atau lebih tepatnya imbauan ini bisa saja mengarahkan kepada kebijakan lockdown jika kasus akibat Covid-19 terus meningkat dengan pesat di Indonesia.

Belajar dari Kasus WNI di Wuhan
Efek yang timbul tentunya berkaitan erat dengan kejadian sebulan yang lalu. Kala itu, WNI dan pelajar Indonesia yang berada di Wuhan (Cina) sangat sulit keluar dari sana karena sulitnya mekanisme yang dilalui, apalagi Wuhan sendiri sudah terlanjur di-lockdown pada saat itu.

Kebijakan lockdown yang diterapkan di Wuhan saat itu untuk menekan agar virus tidak menyebar. Pemerintah di sana sangat cepat dan cekatan dalam menangani hal ini. Kebutuhan makanan dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mendukung kebijakan lockdown dapat terpenuhi.

Namun, tetap saja para orangtua menginginkan anaknya pulang segera untuk meninggalkan Wuhan. Mungkin agak berlebihan membandingkan dengan kasus WNI di Wuhan. 

Tapi, tetap saja kebijakan lockdown yang diwacanakan pemerintah, khususnya pemerintah daerah, saat ini tidak dapat menjamin kebutuhan dari masyarakat, termasuk mahasiswa di perantauan akan terpenuhi nantinya.

Memang, kinerja pemerintah Indonesia pada saat memulangkan WNI yang berada di Wuhan diapresiasi oleh para orangtua dari pelajar karena berhasil memulangkan anak-anak mereka ke Tanah Air. 

Tidak hanya itu, pemerintah juga berhasil meyakinkan bahwa WNI yang dikarantina di Natuna bebas dari Covid-19, walaupun mereka ditolak oleh sebagian warga di sana pada awalnya. 

Lalu, bagaimana nasib mahasiswa yang ada di Indonesia jika terjadi lockdown? Akankah warung-warung makan tetap buka? Ataukah membuat orang-orang ketakutan dan mengurung diri di rumah saja tanpa persediaan yang cukup?

Pulang Kampung, Sebuah Solusi?
Kembali membahas mahasiswa yang sedang berkuliah di wilayah yang sudah terjangkit Covid-19. Para orangtua banyak memikirkan bahwa pulang kampung adalah solusi terbaik sebelum lockdown. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun