Mohon tunggu...
Nur Inayati Fauziyah
Nur Inayati Fauziyah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Passionate in environmental, early childhood education and globalization issues. Loves to write everything.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memerdekakan Anak dari Tuntutan Akademis Terlalu Dini Melalui Program Merdeka Belajar

28 Mei 2023   07:08 Diperbarui: 28 Mei 2023   07:14 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peran Berbagai Pihak (Sumber: Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbudristek)

Sejak diresmikan program ini pada 2019 hingga Maret 2023, tercatat sudah ada 24 Episode yang diluncurkan. Kesemua episode ini saling  berkesinambungan dan mencakup semua jenjang pendidikan mulai dari PAUD hingga Perguruan Tinggi. Selain itu, semua ekosistem yang ada pada lingkup pendidikan juga diatur dalam program Merdeka Belajar ini. 

Siswa yang tadinya pasif didorong untuk lebih aktif, guru yang semula hanya sebagai pelaksana kurikulum kini dapat menjadi co-creator kurikulum, orangtua yang semula terima beres urusan anaknya di sekolah kini harus berkolaboratif bersama guru, realisasi institusi pendidikan bebas pelecehan seksual, pemanfaatan dana sekolah yang lebih fleksibel,  kebijakan kampus merdeka bahkan hingga urusan administrasi dan inventaris sekolah pun juga diakomodasi oleh program Merdeka Belajar ini.

Episode Ke-24: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan, Jadi Program Favorit Orangtua Murid

Dari episode 1 hingga 24, saya pribadi sangat menyukai episode ke-24 yang paling baru diluncurkan ini karena sebagai orangtua murid dari siswa jenjang PAUD semua kebijakan yang ada dalam episode ke-24 ini bagaikan angin sejuk ditengah teriknya matahari. Pelaksanaan program ini baru akan dimulai pada tahun ajaran baru mendatang namun animo masyarakat sungguh sangat mendukung karena mempunyai pemahaman yang sama bahwa anak-anak di usia PAUD lebih baik untuk mengeksplor dunia luar dan dirinya lebih banyak dibandingkan menghafal alfabet dan angka.

Kebijakan tersebut digulirkan guna mengakhiri miskonsepsi tentang calistung pada PAUD yang masih sangat kuat di masyarakat. Kemampuan calistung yang sering dibangun secara instan masih dianggap sebagai satu-satunya bukti keberhasilan belajar. Hal itu sangat tidak adil karena tidak semua anak mampu mengenyam pendidikan formal di jenjang PAUD serta pembangunan karakter dan kemampuan motorik dasar lah yang menjadi fondasi dasar ketika anak ingin masuk ke jenjang SD.

Berdasarkan Paparan Mendikbudristek Merdeka Belajar Episode Ke-24 ini disampaikan bahwa ada 3 target capaian yang harus dilakukan oleh satuan pendidikan. Pertama, satuan pendidikan perlu menghilangkan tes calistung dari proses PPDB pada SD/MI/sedejarat. Hal ini dilakukan karena setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan layanan pendidikan dasar. Kedua, satuan pendidikan perlu menerapkan masa perkenalan bagi peserta didik baru selama 2 minggu pertama. Hal ini dilakukan agar peserta didik baru dapat merasa nyaman dalam kegiatan belajar karena telah mengenali lingkungan belajarnya.

Selain itu, satuan PAUD/SD/MI/sederajat juga diharapkan dapat mengenal peserta didik lebih jauh melalui kegiatan belajar sehingga pembelajaran yang diberikan dapat lebih tepat sasaran. Ketiga, satuan pendidikan di PAUD/SD/MI/sederajat perlu menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak yaitu mengenal nilai agama dan budi pekerti; keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi; 

kematangan emosi untuk kegiatan di lingkungan belajar; kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar seperti kepemilikan dasar literasi dan numerasi; pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri untuk berpartisipasi di lingkungan belajar secara mandiri; dan pemaknaan terhadap belajar yang positif. Tentunya, diperlukan peran berbagai pihak untuk mendukung dan berpartisipasi aktif dalam gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.

Peran Berbagai Pihak (Sumber: Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbudristek)
Peran Berbagai Pihak (Sumber: Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbudristek)

Pada akhirnya, Program Merdeka Belajar khususnya episode ke-24 ini diharapkan dapat memerdekakan anak kita dari tuntutan akademis terlalu dini sehingga mereka dapat tumbuh dengan optimal tanpa ada beban yang terikat. Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa, "Pendidikan itu hanya suatu 'tuntunan' di dalam tumbuhnya anak-anak kita. Anak-anak itu sebagai makhluk hidup, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh dan hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu". Untuk itu, mari kita bergerak bersama menggaungkan gerakan Semarak Merdeka Belajar!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun