"Mata luka sengkon karta" sebuah judul karya sastra yang akhir-akhir ini hangat diperbincangkan.
Pada kesempatan kali ini kita akan menganalisis karya sastra tersebut.Â
Nah, sebelum ke pembahasan kita berkenalan dulu dengan yang namanya puisi esai dan mengetahui tentang kajian stilistika.
Puisi esai adalah perpaduan antara dua pemikiran yaitu puisi dan esai. Gagasan ini pertama kali dikemukakan oleh Danny januar ali.
secara singkatnya puisi esai adalah drama atau cerita yang dipuisikan.Â
 Kajian stilistika sendiri merupakan cabang ilmu linguistik yang berfokus pada analisis gaya bahasa tetapi tidak secara spesifik memberikan perhatian khusus pada penggunaan bahasa yang kompleks pada karya sastra.
sekarang mari kita masuk ke pembahasan.
untuk lebih afdolnya bisa mendengarakn pembacaanya dengan klik link dibawah ini
(https://www.youtube.com/watch?v=MLTOdvXz3Vg)
Dalam analisis stilistika, lebih fokus pada pemajasan.
Majas atau pemajasan adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan secara imajinatif atau kiasan. Ketika menggunakan majas pesan yang kita sampaikan terkesan lebih hidup dan indah sehingga pembacaatau pendengar mampu untuk merasakan emosi yang kita ungkapkan.
Nah, itu tadi sedikit perkenalan tentang majas selanjutnya majas juga mempunyai beberapa jenis yaitu:
majas perbandingan yang terdiri dari personifikasi, metafora, asosiasi, hiperbola, eufimisme
majas pertentangan yang terdiri dari litotes, paradoks, antitesis
majas sindiran yang terdiri dari ironi, sinisme, sarkasme
majas penegasan yang terdiri dari pleonasme, retorika, repetisi, paralelisme
yuk langsung kita pembahasan
Pada bait pertama puisi "Mata luka sengkon karta"Â terdapat majas metafora.
Apa itu majas metafora ? majas metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan dua objek berbeda akan tetapi memiliki sifat yang serupa. yaitu pada bait yang berbunyi
"Terluka, melukai, dilukai, luka luka, menganga akibat ulah manusia"
Lalu ada majas asosiasi yang terdapat pada bait ke 19 yang berbunyi
" warga desa bengis seperti serigala"
majas asosiasi adalah gaya bahasa dengan membandingkan dua objek yang sama sekali berbeda tetapi dianggap sama.
majas sarkasme juga ada dalam puisi ini tepatnya pada bait yang berbunyi
Ya… gantung saja!’
‘Dasar orang yang tak tahu diri!’
‘Sampah masyarakat!’
Majas sarkasme merupakan sindiran secara langsung yang cenderung kasar. Sarkasme lebih terkesan seperti hujatan dari pada sindiran.
Nah sekian artikel dari saya apabila ada kesalahan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya sekian terima kasih