Mohon tunggu...
Alif Imtinan
Alif Imtinan Mohon Tunggu... Lainnya - Mari terbang bersamaku untuk melihat indahnya lukisan Tuhan

perangkai simpul alphabet

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Seni Berhenti: Menemukan Keseimbangan dalam Hidup

13 Januari 2025   06:48 Diperbarui: 13 Januari 2025   06:48 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dalam hidup yang penuh dengan agenda, tenggat waktu, dan hiruk-pikuk keseharian, kita sering lupa bahwa berhenti sejenak bukanlah tanda kelemahan. Sebaliknya, berhenti adalah seni yang membutuhkan keberanian untuk mendengarkan tubuh, pikiran, dan iman kita. Berhentilah sejenak, lampu merah yang hanya sejenak menghentikan banyaknya kendaraan. Lampu merah yang acap kali membuat para pengendara emosi ini justru memiliki peran penting untuk memberikan sang mesin kendaraan bernafas sejenak.

Tubuh: Mesin Hebat yang Perlu Jeda

Bayangkan tubuh seperti mesin. Sebaik apa pun mesin itu, jika dipaksa bekerja tanpa henti, pasti akan rusak. Tubuh kita pun sama. Jika terus-menerus dipacu tanpa istirahat, ia akan merespons dengan kelelahan, sakit, atau bahkan burnout. Luangkan waktu untuk tidur yang cukup, berjalan santai, atau sekadar rebahan tanpa rasa bersalah.

Olahraga ringan seperti yoga atau jalan pagi bisa menjadi cara sederhana untuk memberi tubuh ruang bernapas. Jangan lupa juga memperhatikan pola makan. Nutrisi yang seimbang bukan hanya membantu tubuh tetap bugar tetapi juga memengaruhi suasana hati kita. Ingat, tubuh adalah kendaraan hidup kita. Merawatnya adalah investasi jangka panjang.

Psikis: Mengurai Simpul Pikiran

Berhenti bukan hanya soal fisik, tapi juga soal mental. Pikiran yang terus bekerja tanpa henti seperti komputer dengan terlalu banyak tab terbuka: lambat, error, dan akhirnya crash. Coba bayangkan komputer Anda menyala 24 jam tanpa pernah di-restart. Mungkin awalnya masih bisa jalan, tapi lama-lama jadi lelet, bahkan hang. Pikiran kita juga begitu. Jika tidak diberi waktu istirahat, "sistem" di dalamnya akan kepanasan dan akhirnya berhenti bekerja. 

Jadi, tutup dulu beberapa "tab" yang tidak perlu. Cobalah untuk mengurangi komunikasi dengan orang lain dan gadget. Luangkan waktu untuk digital detox, seperti menjauh dari ponsel atau media sosial sesekali. Matikan juga notifikasi yang tidak penting, agar pikiran tidak terusik dengan informasi yang bisa menambah stres. Memberi ruang pada diri sendiri dapat membantu pikiran menjadi lebih tenang.

Selain itu, luangkan waktu untuk bernapas dan menikmati momen. Cobalah praktik mindfulness, misalnya dengan duduk diam dan bernapas selama 5-10 menit setiap hari. Menulis jurnal juga bisa menjadi cara untuk melepaskan beban pikiran. Jika merasa terlalu berat, jangan ragu untuk meminta bantuan. Berbicara dengan teman, keluarga, atau profesional adalah langkah yang menunjukkan keberanian, bukan kelemahan.

Iman: Mengisi Tangki Spiritual

Di tengah kecepatan dunia modern, kita sering melupakan kebutuhan spiritual. Padahal, iman adalah kompas yang membantu kita tetap teguh di tengah badai kehidupan. Memberi ruang untuk refleksi spiritual adalah bentuk rehat yang sering terabaikan.

Apakah itu melalui doa, meditasi, membaca kitab suci, atau sekadar merenung tentang tujuan hidup, melibatkan iman dalam rutinitas sehari-hari dapat membawa ketenangan yang mendalam. Rehat spiritual ini mengingatkan kita bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari diri kita sendiri, dan itu memberikan harapan serta makna dalam setiap langkah.

Menyeimbangkan Ketiganya

Seni berhenti adalah tentang menyeimbangkan kebutuhan tubuh, pikiran, dan iman. Kita tidak bisa hanya fokus pada satu aspek dan mengabaikan yang lain. Misalnya, tubuh yang sehat tetapi pikiran kacau tetap tidak akan membawa kebahagiaan. Sebaliknya, iman yang kuat tanpa tubuh yang terjaga bisa membuat kita sulit menjalankan tugas sehari-hari.

Berhenti sejenak bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan. Di tengah kesibukan, izinkan diri Anda untuk mengatur ulang. Nikmati jeda, sekecil apa pun itu. Kadang, dalam keheningan itulah kita menemukan kekuatan untuk melangkah lebih jauh.

Jadi, kapan terakhir kali Anda benar-benar berhenti? Mungkin sekarang adalah waktunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun