Ini karena keuntungan besar dari pertambangan sering kali hanya mengalir ke perusahaan besar dan elit tertentu. Jika tidak ada kebijakan yang adil, masyarakat sekitar tambang hanya menjadi penonton.
Dalam kajian ekonomi, fenomena ini dikenal sebagai kutukan sumber daya alam. Banyak negara kaya tambang justru mengalami ketimpangan ekonomi yang tajam dan ketergantungan terhadap komoditas ekspor (Sachs & Warner, 1995).
Indonesia harus belajar dari pengalaman negara lain. Kekayaan emas di Papua seharusnya menjadi alat untuk membangun ekonomi yang lebih kuat dan inklusif, bukan sekadar bahan klaim bombastis di media sosial.
Jadi, sebelum kita bermimpi menjadi miliarder emas dan menyuruh orang Dubai minggir, ada baiknya kita menghitung ulang dengan logika yang benar. Karena dalam ekonomi, angka besar tidak selalu berarti kesejahteraan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI