Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Konsorsium Desa: Solusi Kolektif Optimalisasi Peran Badan Bank Tanah

22 Januari 2025   22:21 Diperbarui: 22 Januari 2025   22:21 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Badan Bank Tanah sebagai instrumen dalam mewujudkan kesejahteraan Rakyat di Indonesia (sumber: @badanbanktanah.official)

Keberhasilan kedua model ini memberikan inspirasi bahwa pendekatan berbasis komunitas dapat menjadi solusi efektif dalam menjawab tantangan serupa di Indonesia. Di Brasil, program reforma agraria yang dikelola oleh INCRA melibatkan koperasi petani sebagai mitra pengelola lahan. BKAD dapat bertindak seperti Koperasi ini, yang memastikan tanah didistribusikan kepada petani kecil secara adil dan digunakan secara produktif. Studi oleh Carter dan Carvalho (2018) menunjukkan bahwa kolaborasi ini berhasil meningkatkan pendapatan petani hingga 30 persen dalam lima tahun pertama.

Di India, konsep “Land Bank” yang diterapkan oleh pemerintah negara bagian Karnataka melibatkan panchayat dalam pemanfaatan tanah untuk proyek infrastruktur dan agribisnis. Penelitian "Role of Panchayats in Land Management and Rural Development in Karnataka" yang dipublikasikan oleh Indian Journal of Agricultural Economics (2020) menemukan bahwa program ini berhasil mengurangi tingkat pengangguran di pedesaan hingga 15 persen melalui pembukaan lapangan kerja baru.

Tantangan dan Solusi

Meski peluang kerja sama ini menjanjikan, terdapat beberapa tantangan yang perlu diantisipasi. Pertama, masalah tumpang tindih data tanah sering kali menjadi hambatan dalam pelaksanaan reforma agraria. Contohnya, di beberapa daerah seperti Jawa Tengah dan Sumatra Selatan, terdapat kasus di mana sertifikat tanah yang diterbitkan pemerintah tumpang tindih dengan klaim adat atau kepemilikan masyarakat setempat (data konflik - tanahkita.id.)

Hal ini tidak hanya mempersulit proses distribusi tanah, tetapi juga memicu konflik antar-pihak, yang pada akhirnya memperlambat implementasi program reforma agraria. Solusinya adalah mengintegrasikan data yang dimiliki oleh Badan Bank Tanah dengan data dari BKAD dan pemerintah desa. Penggunaan teknologi seperti sistem informasi geografis (GIS) dapat membantu menciptakan peta tanah yang lebih akurat.

Kedua, minimnya kapasitas teknis di tingkat desa dapat menghambat implementasi program. Untuk itu, pelatihan bagi anggota BKAD dan perangkat desa sangat penting. Pelatihan ini dapat mencakup pengelolaan lahan, perencanaan site plan, hingga monitoring dan evaluasi program.

Ketiga, keberlanjutan program sering kali menjadi masalah dalam kerja sama lintas lembaga. Salah satu solusi adalah membentuk komite pengawas independen yang melibatkan akademisi, LSM, Tenaga Pendamping Profesional (TPP), dan tokoh masyarakat guna memastikan program berjalan sesuai rencana.

Masa Depan yang Lebih Cerah

Sinergi antara Badan Bank Tanah dan BKAD tidak hanya memberikan manfaat langsung berupa distribusi tanah, tetapi juga menciptakan efek berganda (multiplier effect) bagi pembangunan desa. Dengan pemanfaatan tanah yang tepat, desa dapat mengembangkan potensi ekonominya, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Keberhasilan program ini juga akan menjadi model bagi daerah lain di Indonesia, dengan penyesuaian model yang mempertimbangkan karakteristik geografis, sosial, dan ekonomi unik di setiap daerah. Misalnya, pendekatan berbasis agribisnis dapat lebih diutamakan di wilayah dengan potensi pertanian tinggi, sementara pengembangan ekowisata lebih relevan di kawasan yang memiliki daya tarik alam yang kuat.

Dengan luasnya tanah negara yang dikelola Badan Bank Tanah, peluang kerja sama dengan BKAD dapat diadaptasi sesuai kebutuhan lokal. Di Lombok, misalnya, tanah seluas 1 hektar di Lombok Timur dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekowisata berbasis komunitas, sementara tanah di Lombok Utara yang memiliki view ke arah pantai dan Gili dapat dioptimalkan untuk pengembangan resort atau kawasan wisata (banktanah.id/profil-persediaan-tanah/).

Melalui kerja sama yang terstruktur, berbasis data, dan melibatkan partisipasi masyarakat, Indonesia dapat mewujudkan visi ekonomi berkeadilan yang menjadi cita-cita bersama. Kerja sama antara Badan Bank Tanah dan BKAD bukan sekadar peluang, tetapi juga sebuah keharusan untuk masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun