"Tujuan kami bukan sekadar menjual roti, tapi juga membekali santri dengan keterampilan hidup. Harapannya, mereka bisa mandiri ketika kembali ke masyarakat," jelas Pimpinan Pesantren, TGH. Lalu Nurul Bayanil Huda.
Pasar menyambut baik inovasi ini. Roti produksi Pondok Al Fatih tidak hanya tersedia di pasar-pasar tradisional tetapi juga toko-toko besar dan kecil kecil seantero Lombok Utara. Keberhasilan ini tidak terlepas dari strategi pemasaran berbasis komunitas yang memanfaatkan jaringan alumni dan dukungan masyarakat sekitar.
"Rasanya seperti mendukung usaha lokal yang berkualitas. Kalau ada produk lokal sebagus ini, kenapa harus beli yang dari luar?" ujar Zul, pelanggan setia dari Kecamatan Pemenang.
Meski telah meraih sukses di tingkat lokal, pabrik roti ini tidak berhenti berinovasi. Rencana pengembangan ke depan termasuk memperluas jangkauan distribusi hingga ke Kota Mataram, Lombok Barat dan Lombok Tengah. Namun, tantangan seperti persaingan harga dan konsistensi produksi tetap menjadi perhatian utama.
"Ini baru awal. Kami ingin produk kami dikenal luas, tapi tetap menjaga kualitas. Tantangannya memang besar, tapi kami optimis," tambah TGH. Bayan.
Keberhasilan Pondok Modern Al Fatih membangun pabrik roti ini adalah contoh nyata bagaimana lembaga pendidikan dapat berkontribusi pada pemberdayaan ekonomi masyarakat. Tidak hanya mendidik generasi muda, pondok ini juga menjadi motor penggerak ekonomi lokal.
Roti Bandung produksi Al Fatih bukan sekadar makanan, tetapi simbol inovasi dan kerja keras yang menginspirasi. Di balik rasa lezatnya, ada semangat untuk terus maju dan memberdayakan. Lombok Utara patut berbangga memiliki pionir seperti Pondok Modern Al Fatih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H