Sebagai perbandingan, penelitian dari Kompas Money (07/11/2024) menyebutkan bahwa struktur tarif cukai yang terlalu rumit juga menjadi tantangan dalam pengendalian konsumsi tembakau.
Penyederhanaan tarif memang diharapkan dapat mengurangi peredaran rokok ilegal, namun langkah ini mendapat kritik karena dianggap memberatkan produsen kecil dan menengah. Selain itu, struktur tarif yang lebih sederhana juga dapat memengaruhi daya saing di industri tembakau.
Ironi dalam kebijakan pengendalian tembakau di Indonesia mencerminkan kompleksitas isu ini. Di satu sisi, pemerintah harus melindungi penerimaan negara melalui cukai dan memberantas rokok ilegal. Di sisi lain, promosi konsumsi rokok legal sebagai alternatif justru menimbulkan pertanyaan tentang komitmen terhadap pengendalian tembakau dan kesehatan masyarakat.
Dampak ekonomi dari industri tembakau tidak dapat diabaikan. Data menunjukkan bahwa DBHCHT telah berkontribusi signifikan pada pembangunan fasilitas kesehatan, khususnya di daerah penghasil tembakau. Namun, peningkatan konsumsi rokok legal juga berisiko meningkatkan prevalensi penyakit terkait tembakau, yang pada akhirnya membebani sistem kesehatan nasional.
Beberapa ahli mengusulkan pendekatan lebih komprehensif untuk mengatasi masalah rokok ilegal, salah satunya dengan mengintegrasikan kebijakan cukai dengan program kesehatan masyarakat yang lebih luas. Misalnya, dengan mengalokasikan lebih banyak dana dari DBHCHT untuk kampanye anti-merokok serta dukungan bagi perokok yang ingin berhenti.
Penting juga untuk meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum terhadap peredaran rokok ilegal. Langkah ini bisa dilakukan dengan memperketat distribusi rokok dan memperkuat sistem pelaporan oleh masyarakat guna menanggulangi peredaran rokok ilegal yang merugikan.
Mengenai alternatif pengurangan merokok, rokok elektrik meskipun memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah dibandingkan rokok konvensional, tetap mengandung nikotin yang berpotensi menimbulkan ketergantungan. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih efektif adalah dengan mendorong riset mengenai terapi pengganti nikotin dan solusi kesehatan lainnya.
Kembali ke Taman Desa Tunjung Are, tawa dan sorak sorai warga terus menggema. Mereka menikmati hiburan yang disajikan sembari mencerna pesan-pesan tentang bahaya rokok ilegal. Namun, di balik keriuhan itu, mungkin ada warga yang bertanya-tanya, apakah beralih dari rokok ilegal ke rokok legal benar-benar merupakan pilihan yang lebih baik?
Kebijakan pengendalian tembakau di Indonesia jelas membutuhkan evaluasi yang lebih menyeluruh. Perlu ada keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan kesehatan publik. Di tengah kompleksitas ini, satu hal tetap jelas, melawan rokok ilegal tidak bisa hanya dengan mempromosikan rokok legal. Pemerintah perlu menunjukkan komitmen yang lebih konsisten dalam upaya pengendalian tembakau.
Sebagaimana diungkapkan oleh Kompas Money (25/09/2020), kebijakan yang berfokus pada peningkatan penerimaan cukai harus disertai dengan langkah-langkah konkret untuk menekan konsumsi tembakau secara keseluruhan. Jika tidak, upaya seperti kampanye “Gempur Rokok Ilegal” hanya akan menjadi ironi di tengah perjuangan untuk mewujudkan masyarakat yang lebih sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H