Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jeda di Lampu Merah

16 Januari 2025   06:01 Diperbarui: 16 Januari 2025   06:01 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jeda di lampu merah (sumber: kompas.com)

Lampu merah mengajarkan dua hal yang sering terlupakan, kesabaran dan penghormatan terhadap aturan. Di tengah arus kendaraan yang sering diwarnai ketergesaan, lampu merah memaksa kita untuk berhenti. Tidak ada cara lain. Kita harus menunggu. Kesabaran ini, yang terlihat sepele, sebenarnya adalah inti dari banyak nilai kehidupan. Dalam dunia yang semakin serba cepat, kesabaran menjadi sesuatu yang langka, tetapi juga sangat berharga.

Di sisi lain, lampu merah menjadi pengingat bahwa hidup memiliki ritmenya sendiri. Tidak semua hal bisa dipaksakan berjalan cepat. Ada waktu untuk berhenti, ada waktu untuk berjalan. Ritme ini tidak hanya berlaku dalam lalu lintas, tetapi juga dalam kehidupan. Seperti yang diungkapkan oleh penulis Jepang Haruki Murakami dalam What I Talk About When I Talk About Running, “Hidup adalah perjalanan panjang, dan penting untuk menemukan ritme yang sesuai dengan diri kita.”

Refleksi sederhana di lampu merah ini juga membawa saya pada pemikiran tentang keberlanjutan. Di tengah deru kendaraan dan polusi yang memenuhi udara, ada ironi dalam cara kita yang terus memacu teknologi tanpa memberi jeda pada alam. Lampu merah, meskipun kecil, adalah salah satu bentuk pengendalian terhadap kekacauan. Ia memberi ruang agar semuanya berjalan lebih tertib. Dalam skala yang lebih besar, jeda seperti ini penting untuk menjaga keseimbangan alam dan kehidupan manusia.

Ketika lampu hijau akhirnya menyala, saya melanjutkan perjalanan dengan perasaan yang berbeda. Lampu merah yang sering dianggap sebagai penghambat justru mengajarkan bahwa hidup bukan hanya tentang mencapai tujuan, tetapi juga tentang bagaimana kita menjalani setiap momennya. Waktu yang dihabiskan menunggu tidak sia-sia jika kita tahu bagaimana menghargainya.

Dalam perjalanan hidup, mungkin ada baiknya kita sesekali berhenti, seperti di lampu merah. Menatap angka yang menurun di penghitung waktu dan merenungkan arti dari setiap detik yang berlalu. Karena pada akhirnya, hidup tidak hanya tentang apa yang kita kejar, tetapi juga tentang apa yang kita alami di sepanjang jalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun