Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengurai Makna Rezeki di Balik Kesederhanaan Orang Desa

13 Januari 2025   13:43 Diperbarui: 14 Januari 2025   05:03 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngopi sebelum turun ke sawah (sumber: Tangkapan layar KompasTV)

Menurut Al-Ghazali, dengan bersyukur, seseorang akan mampu melihat hidup melalui lensa yang lebih positif, menghargai setiap momen, dan merasa cukup. Syukur menjadi kunci untuk menciptakan kedamaian batin, sesuatu yang sangat dihargai oleh masyarakat desa.

Menariknya, filosofi serupa juga ditemukan di belahan dunia lain. Bhutan, sebuah negara kecil di Himalaya, dikenal dengan konsep Gross National Happiness (GNH) atau Kebahagiaan Nasional Bruto. Konsep ini menilai keberhasilan pembangunan tidak hanya berdasarkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada keseimbangan antara kesejahteraan mental, hubungan sosial, dan lingkungan hidup.

Bhutan menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak selalu terkait dengan kemewahan, melainkan dengan keseimbangan hidup yang sejalan dengan nilai-nilai lokal. Pendekatan ini sejalan dengan kehidupan masyarakat desa di Indonesia, yang menempatkan keluarga dan komunitas sebagai prioritas utama.

Ketika berbincang dengan seorang nenek saat pembagian BLT, saya mendengar pandangan yang sangat sederhana namun mendalam. Baginya, kebahagiaan adalah ketika cucunya bisa berlari-lari di halaman rumah, bermain dengan ayam dan bebek peliharaan.

Rezeki, menurutnya, adalah tubuh yang masih kuat memasak untuk anak cucu, bukan tentang uang yang melimpah atau rumah yang mewah. Tidak ada keluhan tentang keterbatasan materi, hanya rasa syukur yang tulus atas apa yang dimiliki.

Melihat cara hidup masyarakat desa, kita belajar banyak hal. Mereka mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak membutuhkan harta berlimpah, melainkan rasa cukup atas apa yang telah dimiliki. Perspektif ini didukung oleh penelitian Elizabeth Dunn dan Michael Norton dalam buku Happy Money: The Science of Happier Spending.

Mereka menemukan bahwa uang hanya membawa kebahagiaan jika digunakan untuk hal-hal yang bermakna, seperti membangun hubungan atau memberikan manfaat bagi orang lain. Dalam konteks masyarakat desa, makna ini terwujud melalui gotong royong, kebersamaan, dan rasa syukur.

Bagaimana kita, masyarakat urban, dapat belajar dari filosofi ini? Salah satu langkah konkret adalah dengan menciptakan keseimbangan hidup. Di kota-kota besar, waktu sering kali dihabiskan untuk mengejar target pekerjaan tanpa memperhatikan aspek-aspek lain dalam kehidupan.

Perusahaan dapat mencontoh kebijakan negara-negara seperti Denmark, yang memberikan fleksibilitas waktu kerja untuk karyawannya, sehingga mereka memiliki lebih banyak kesempatan untuk bersama keluarga dan komunitas.

Selain itu, pendidikan tentang makna rezeki dan kebahagiaan perlu ditanamkan sejak dini. Sekolah dapat mengajarkan konsep syukur melalui kegiatan seperti kerja bakti atau program berbagi dengan sesama. Anak-anak diajarkan untuk melihat hal kecil sebagai sesuatu yang berharga, seperti senyum teman atau udara segar di pagi hari. Dengan demikian, mereka belajar untuk menghargai hidup tanpa bergantung pada materi.

Masyarakat urban juga dapat mendorong kebersamaan melalui partisipasi aktif komunitas. Gotong royong, yang menjadi budaya khas Indonesia, menjadi contoh sederhana bahwa kebahagiaan dapat dirasakan melalui kerja sama. Dengan berbagi waktu dan tenaga, setiap individu merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar, yang pada akhirnya membawa kebahagiaan kolektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun