Memasuki tahun 2025, perekonomian Indonesia dihadapkan pada tantangan yang tidak bisa dianggap remeh, seperti inflasi yang terus merangkak naik dan tekanan ekonomi global yang memperburuk daya beli masyarakat serta stabilitas fiskal nasional. Di tengah optimisme pemerintah dengan skema pajak baru, muncul kekhawatiran dari masyarakat, khususnya kelas menengah, terhadap berbagai dampak kebijakan fiskal tersebut.
Prediksi menunjukkan, daya beli masyarakat berpotensi tergerus, memperparah stagnasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang dalam tiga triwulan terakhir hanya berada di bawah lima persen (Kompas, 2024).
Di sisi lain, masyarakat dihadapkan pada kemungkinan kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari. Misalnya, harga beras yang telah meningkat hingga 15 persen sejak triwulan terakhir 2024, diikuti oleh kenaikan signifikan pada bahan bakar dan obat-obatan generik (Kompas, 2024).
Kategori barang seperti pakaian, sepatu, alat elektronik, perlengkapan kebersihan, obat, dan kosmetik diprediksi akan mengalami lonjakan harga seiring dengan naiknya pajak dan dampak inflasi global yang terus meningkat.
Fenomena ini tidak hanya menambah beban ekonomi tetapi juga memaksa rumah tangga untuk melakukan penyesuaian anggaran secara signifikan.Â
Ketidaksiapan dalam menghadapi kondisi ini berpotensi memperburuk situasi, mengingat kecenderungan sebagian besar masyarakat tetap terjebak dalam pola konsumsi berbasis FOMO (fear of missing out).
Langkah adaptasi menjadi kebutuhan mendesak. Bagi sebagian kalangan, mencari penghasilan tambahan, atau side job, bisa menjadi solusi guna menambal kantong yang mulai kempis.
Pertanyaannya, apakah langkah ini cukup efektif? Secara psikologis, menambah jam kerja atau mengalokasikan waktu untuk pekerjaan sampingan membutuhkan energi ekstra, yang pada akhirnya juga bisa memengaruhi produktivitas pekerjaan utama.
Sebagai pendamping desa, kami memahami betapa pentingnya perencanaan berbasis kebutuhan yang realistis. Dengan gaji pokok dan biaya operasional yang tidak pernah disesuaikan sejak tahun 2015, langkah pertama yang harus akan kami lakukan adalah evaluasi menyeluruh terhadap anggaran rumah tangga.
Pengeluaran dibagi menjadi dua kategori besar: kebutuhan pokok dan kebutuhan sekunder. Kategori pertama meliputi makanan, transportasi, dan tempat tinggal, sementara kategori kedua mencakup hiburan, gaya hidup, dan pembelian barang non-esensial.