Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Malam Tahun Baru Hari Apa?

30 Desember 2024   15:38 Diperbarui: 30 Desember 2024   15:38 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahun baru merupakan perayaan awal tahun dalam kalender Gregorian (Gambar oleh Pexels dari Pixabay)

Malam Tahun Baru adalah salah satu momen yang paling dinanti oleh banyak orang di berbagai belahan dunia. Namun, pertanyaan sederhana seperti “Malam Tahun Baru hari apa?” dapat membawa pada refleksi yang lebih dalam, khususnya dari perspektif seorang pendamping desa yang sehari-hari berkutat dengan realitas sosial masyarakat.

Jika ditinjau secara literal, jawaban atas pertanyaan tersebut tergantung pada kalender tahunan. Pada tahun 2024, misalnya, malam Tahun Baru jatuh pada hari Selasa. Namun, pertanyaan ini bisa ditafsirkan secara simbolis: apakah malam Tahun Baru hanya sekadar soal hari dalam seminggu, ataukah ada makna lain yang lebih penting? Sebagai pendamping desa, sering kali melihat bagaimana pergantian tahun diperlakukan dengan beragam makna oleh masyarakat desa.

Dalam konteks pembangunan desa, malam Tahun Baru adalah momen refleksi bagi sebagian kecil masyarakat, tetapi bagi yang lain, ia adalah sekadar hiburan. Dalam riset yang dilakukan oleh Susanto (2020) dalam jurnal “Sosiologi Pedesaan Indonesia,” ditemukan bahwa momen Tahun Baru sering kali dimanfaatkan untuk hiburan massal seperti pasar malam atau konser dangdut, yang mendominasi kehidupan masyarakat desa dibandingkan refleksi tentang perubahan sosial.

Pendamping desa memahami bahwa waktu adalah komoditas maha penting dalam pembangunan. Pergantian tahun adalah penanda waktu, tetapi juga momentum menilai apa yang sudah dan belum dicapai. Dalam buku “Time and Social Structure” karya Giddens (1984), waktu dipandang sebagai elemen fundamental membangun struktur sosial. Namun, sejauh mana masyarakat desa benar-benar melihat pergantian tahun sebagai peluang untuk menata ulang kehidupan mereka? Di sinilah tantangan muncul.

Realitas di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat desa cenderung melihat malam Tahun Baru sebagai momen yang jauh dari nilai produktivitas. Alih-alih merenungkan apa yang bisa diperbaiki, banyak dari mereka lebih fokus pada perayaan konsumtif. Hal ini bukan tanpa alasan.

Dalam artikel Kompas edisi Desember 2023, misalnya, menunjukkan bahwa perayaan Tahun Baru di Indonesia, termasuk di daerah pedesaan, umumnya identik dengan pesta kembang api dan hiburan.

Sebagai pendamping desa, sering kali dihadapkan pada pertanyaan, bagaimana mengubah pola pikir ini? Jawabannya tidak sesederhana mengubah tradisi. Pergantian tahun adalah bagian dari siklus kehidupan yang sudah lama diwariskan, tetapi di sisi lain, ia juga mencerminkan prioritas masyarakat.

Jika prioritasnya adalah hiburan, maka harus ditanyakan, apakah pembangunan desa sudah cukup relevan dengan kebutuhan masyarakat? Apakah program yang dirancang mampu menyentuh esensi kehidupan mereka sehari-hari?

Dalam pandangan kritis, malam Tahun Baru juga bisa dilihat sebagai cerminan dari ketimpangan informasi antara desa dan kota. Di kota, malam Tahun Baru sering kali dikaitkan dengan resolusi pribadi dan perencanaan strategis, sementara di desa, momentum ini lebih sering dijadikan alasan untuk mengadakan acara komunitas. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Widianto (2021) tentang dinamika masyarakat pedesaan, disebutkan bahwa 70 persen warga desa menganggap malam Tahun Baru hanya sebagai hiburan kolektif.

Namun, bukan berarti momen ini sepenuhnya kehilangan makna. Bagi sebagian kecil masyarakat desa, malam Tahun Baru adalah kesempatan untuk merenungkan perjalanan hidup mereka. Pendamping desa dapat memanfaatkan peluang ini untuk menginisiasi diskusi yang lebih substantif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun