Ketahanan pangan menjadi fondasi utama dalam melawan stunting. Pemanfaatan lahan kosong di desa untuk bercocok tanam dapat meningkatkan ketersediaan pangan bergizi. Pelibatan kelompok petani dalam program ini memastikan keberlanjutan produksi. Desa-desa di Gunung Kidul, Yogyakarta, telah membuktikan efektivitas pendekatan ini dengan mengubah lahan kering menjadi ladang produktif.
Digitalisasi Desa, khususnya melalui Marketplace Desa dan Bank Data Potensi Ekonomi Desa, mempermudah distribusi dan pemasaran hasil pertanian. Dengan teknologi informasi, desa dapat menjangkau pasar yang lebih luas, sehingga produk pangan bergizi bisa diakses oleh lebih banyak masyarakat. Langkah ini sudah diimplementasikan di Desa Kandangan, Jawa Timur, yang memasarkan produk organik melalui platform digital.
Tidak kalah penting, Konvergensi Stunting Desa menegaskan perlunya intervensi sensitif dan spesifik. Intervensi sensitif, seperti penyediaan fasilitas air bersih, dapat mencegah penyakit yang menghambat pertumbuhan anak. Intervensi spesifik, seperti pemberian makanan tambahan di Posyandu, langsung menyasar kebutuhan gizi anak balita. Data dari UNICEF (2023) menunjukkan bahwa kombinasi kedua intervensi ini mampu menurunkan angka stunting hingga 30% dalam lima tahun.
Pendampingan Desa oleh tenaga profesional menjadi elemen penting dalam mengawal seluruh program prioritas. Pendamping tidak hanya membantu proses perencanaan dan implementasi, tetapi juga memastikan monitoring dan evaluasi berjalan efektif.
Sebagai contoh, pendamping desa di Kabupaten Lombok Tengah berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya Posyandu melalui edukasi berkelanjutan.
Pembangunan sarana olahraga desa turut memberikan dampak tidak langsung pada pengentasan stunting. Dengan menggerakkan kelompok olahraga pemuda, masyarakat lebih sadar akan pentingnya pola hidup sehat. Desa-desa di Sumatera Barat telah memanfaatkan sarana olahraga untuk mengkampanyekan pentingnya aktivitas fisik dan gizi seimbang.
Program Desa Organik juga memiliki relevansi besar. Melalui pelatihan pertanian organik, petani dapat menghasilkan produk pangan yang lebih sehat dan aman untuk dikonsumsi. Desa-desa di Kabupaten Magelang telah memulai inisiatif ini dan berhasil meningkatkan kualitas pangan sekaligus pendapatan petani lokal.
Pengelolaan data yang berkualitas menjadi penopang seluruh program. Interoperabilitas data memastikan sinkronisasi informasi antara desa, pemerintah daerah, dan kementerian. Data yang akurat membantu menentukan prioritas program dan alokasi sumber daya yang tepat. Sistem ini telah diterapkan di Kabupaten Banyuwangi, yang dikenal sebagai pelopor digitalisasi desa di Indonesia.
Selain fokus pada infrastruktur dan program ekonomi, pemberantasan narkoba dan judi online juga berperan penting dalam membangun desa sehat. Dengan menghilangkan ancaman sosial ini, desa menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. Pemerintah Desa Singkawang, Kalimantan Barat, telah berhasil menurunkan kasus narkoba melalui kerja sama lintas sektor.
Konsolidasi antar lembaga menjadi langkah strategis dalam pengentasan daerah tertinggal. Dengan kolaborasi yang terencana, desa tertinggal dapat menikmati fasilitas yang sama dengan desa maju. Sebagai contoh, konsolidasi di Papua Barat telah berhasil membawa perubahan signifikan dalam layanan kesehatan dan pendidikan dasar.
Prinsip “less is more” mengajarkan bahwa kesederhanaan dapat menjadi solusi ampuh dalam membangun desa bebas stunting. Dengan fokus pada program-program prioritas, desa akan mampu menciptakan perubahan yang berkelanjutan. Langkah-langkah kecil yang terintegrasi mampu memberikan dampak besar pada kehidupan masyarakat desa.