Kebersihan toilet sering kali dianggap sebagai cerminan langsung dari kebersihan institusi secara keseluruhan. Dalam konteks pesantren, kebersihan toilet bukan hanya tentang aspek fisik, tetapi juga terkait nilai-nilai keimanan yang dijunjung tinggi.
Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam, memiliki tanggung jawab moral mengajarkan kebersihan kepada santrinya. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang menempatkan kebersihan sebagai sebagian dari iman.
Apakah pesantren telah benar-benar menjadikan kebersihan toilet sebagai salah satu prioritas dalam sistem pendidikan dan pengelolaannya? Pengalaman menunjukkan bahwa banyak pesantren masih menghadapi tantangan besar dalam memastikan toilet yang bersih dan layak (Sabirin, 2024).
Baca juga: Di Balik Dinding Pesantren
Seorang calon santri pernah membagikan pengalamannya ketika ia dan orang tuanya berkunjung ke salah satu pesantren terbesar di Indonesia. Rencana untuk mondok di pesantren tersebut terpaksa dibatalkan setelah melihat kondisi toilet yang sangat memprihatinkan.
Toilet yang kotor, berbau, dan tidak terawat menunjukkan lemahnya perhatian pesantren terhadap aspek kebersihan, yang sejatinya adalah bagian dari pendidikan karakter. Bagi sebagian besar orang tua, kebersihan toilet menjadi salah satu indikator penting dalam memilih pesantren untuk anak mereka.
Toilet yang bersih tidak hanya mencerminkan kesadaran pengelola pesantren terhadap kesehatan, tetapi juga menunjukkan bagaimana nilai-nilai Islam diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penelitian Sabirin (2024) yang berjudul “Konvergensi Peran Pesantren dalam Mendukung SDGs Desa,” ditemukan bahwa kebersihan toilet di pesantren adalah salah satu tantangan besar yang harus segera diatasi.
Penelitian tersebut mengusulkan konsep SDGs Pesantren, yang merupakan adaptasi dari tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) ke dalam konteks pesantren. Salah satu tujuan utama SDGs adalah kesehatan dan kesejahteraan (SDG 3), yang secara langsung berkaitan dengan sanitasi dan kebersihan toilet.
Sabirin berargumen bahwa pesantren perlu memperkuat sinergi antara pengelola pesantren, santri, guru, dan masyarakat sekitar untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Hal ini termasuk memastikan toilet pesantren memenuhi standar kebersihan yang layak.
Tanggung jawab atas kebersihan toilet di pesantren sebenarnya tidak bisa dibebankan kepada satu pihak saja. Semua elemen yang terlibat dalam pesantren memiliki peran masing-masing.
Pengelola pesantren bertanggung jawab menyediakan fasilitas toilet yang memadai, termasuk memastikan adanya suplai air bersih dan peralatan kebersihan. Guru dan pengasuh pesantren berperan dalam memberikan edukasi kepada santri tentang pentingnya menjaga kebersihan, baik kebersihan pribadi maupun kebersihan lingkungan.
Sementara itu, santri juga harus dilatih bertanggung jawab melalui kegiatan piket membersihkan toilet secara bergiliran. Di beberapa pesantren, membersihkan toilet bahkan dijadikan sebagai bentuk hukuman bagi santri yang melanggar peraturan ringan (Rahmatullah, 2021:74-87), meskipun pendekatan ini tetap perlu dievaluasi agar tidak menimbulkan stigma negatif terhadap hukuman membersihkan toilet.
Selain itu, masyarakat sekitar dan pemerintah desa juga memiliki peran penting dalam mendukung kebersihan toilet di pesantren. Pemerintah desa, misalnya, dapat memberikan bantuan berupa fasilitas sanitasi yang memadai melalui alokasi dana desa (Iskandar, 2020).
Hal ini sejalan dengan visi SDGs Desa yang bertujuan menciptakan lingkungan desa yang sehat dan bersih. Dalam konteks ini, pesantren dapat menjadi model percontohan bagi masyarakat desa dalam mengelola kebersihan lingkungan, termasuk sanitasi. Kolaborasi antara pesantren dan masyarakat sekitar juga dapat memperkuat kesadaran kolektif tentang pentingnya kebersihan sebagai bagian dari iman.
Namun, menjaga kebersihan toilet di pesantren bukan tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan anggaran. Banyak pesantren, terutama yang berada di pedesaan, masih bergantung pada dana masyarakat dan donatur untuk operasional sehari-hari (Latief, 2012:167-187).
Dalam kondisi seperti ini, kebersihan toilet sering kali menjadi prioritas yang terabaikan. Tantangan lainnya adalah kurangnya kesadaran di kalangan santri terhadap pentingnya kebersihan. Hal ini bisa disebabkan oleh latar belakang santri yang mungkin tidak terbiasa hidup dalam lingkungan yang bersih.
Sebagai solusi, pesantren dapat mengintegrasikan nilai-nilai kebersihan dalam kurikulum pendidikan mereka. Edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan harus menjadi bagian dari pembentukan karakter santri.
Sabirin (2024) dalam penelitiannya juga menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam mengatasi masalah kebersihan di pesantren. SDGs Pesantren yang diusulkannya mencakup strategi komprehensif guna memastikan bahwa kebersihan tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga bagian dari budaya kolektif di pesantren. Dengan pendekatan ini, selain pesantren dapat memenuhi standar kebersihan, juga mendidik santri menjadi agen perubahan di masyarakat.
Kebersihan toilet di pesantren sejatinya mencerminkan sejauh mana nilai-nilai Islam diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Islam, kebersihan adalah sebagian dari iman, dan menjaga kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab bersama.
Karenanya, pesantren harus menjadikan kebersihan toilet sebagai salah satu indikator keberhasilan mereka dalam mendidik santri. Dengan demikian, pesantren tidak hanya menghasilkan generasi yang beriman dan berilmu, tetapi juga generasi yang peduli terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Bagi para orang tua, kebersihan toilet bisa menjadi salah satu pertimbangan utama dalam memilih pesantren untuk anak-anak mereka. Toilet yang bersih menunjukkan bahwa pesantren memiliki manajemen yang baik dan peduli terhadap kesehatan santrinya.
Sebaliknya, toilet yang kotor dapat menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana pesantren tersebut mengelola aspek-aspek lain dari pendidikan dan kehidupan santri. Penting bagi pesantren untuk terus meningkatkan kebersihan toilet sebagai bagian dari upaya menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat dan berkualitas.
Dengan mengadopsi pendekatan SDGs Pesantren yang ditawarkan Sabirin, pesantren dapat menjawab tantangan ini secara komprehensif. Tidak hanya kebersihan toilet yang terjamin, tetapi juga nilai-nilai keimanan yang lebih dalam dapat diinternalisasi oleh santri.
Pesantren yang bersih tidak hanya mencerminkan keimanan penghuninya, tetapi juga menunjukkan komitmen mereka menciptakan lingkungan yang sehat dan harmonis. Sebuah langkah kecil seperti menjaga kebersihan toilet bisa menjadi pijakan awal menuju perubahan besar yang membawa manfaat bagi pesantren, santri, dan masyarakat luas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI