Pengelola pesantren bertanggung jawab menyediakan fasilitas toilet yang memadai, termasuk memastikan adanya suplai air bersih dan peralatan kebersihan. Guru dan pengasuh pesantren berperan dalam memberikan edukasi kepada santri tentang pentingnya menjaga kebersihan, baik kebersihan pribadi maupun kebersihan lingkungan.
Sementara itu, santri juga harus dilatih bertanggung jawab melalui kegiatan piket membersihkan toilet secara bergiliran. Di beberapa pesantren, membersihkan toilet bahkan dijadikan sebagai bentuk hukuman bagi santri yang melanggar peraturan ringan (Rahmatullah, 2021:74-87), meskipun pendekatan ini tetap perlu dievaluasi agar tidak menimbulkan stigma negatif terhadap hukuman membersihkan toilet.
Selain itu, masyarakat sekitar dan pemerintah desa juga memiliki peran penting dalam mendukung kebersihan toilet di pesantren. Pemerintah desa, misalnya, dapat memberikan bantuan berupa fasilitas sanitasi yang memadai melalui alokasi dana desa (Iskandar, 2020).
Hal ini sejalan dengan visi SDGs Desa yang bertujuan menciptakan lingkungan desa yang sehat dan bersih. Dalam konteks ini, pesantren dapat menjadi model percontohan bagi masyarakat desa dalam mengelola kebersihan lingkungan, termasuk sanitasi. Kolaborasi antara pesantren dan masyarakat sekitar juga dapat memperkuat kesadaran kolektif tentang pentingnya kebersihan sebagai bagian dari iman.
Namun, menjaga kebersihan toilet di pesantren bukan tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan anggaran. Banyak pesantren, terutama yang berada di pedesaan, masih bergantung pada dana masyarakat dan donatur untuk operasional sehari-hari (Latief, 2012:167-187).
Dalam kondisi seperti ini, kebersihan toilet sering kali menjadi prioritas yang terabaikan. Tantangan lainnya adalah kurangnya kesadaran di kalangan santri terhadap pentingnya kebersihan. Hal ini bisa disebabkan oleh latar belakang santri yang mungkin tidak terbiasa hidup dalam lingkungan yang bersih.
Sebagai solusi, pesantren dapat mengintegrasikan nilai-nilai kebersihan dalam kurikulum pendidikan mereka. Edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan harus menjadi bagian dari pembentukan karakter santri.
Sabirin (2024) dalam penelitiannya juga menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam mengatasi masalah kebersihan di pesantren. SDGs Pesantren yang diusulkannya mencakup strategi komprehensif guna memastikan bahwa kebersihan tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga bagian dari budaya kolektif di pesantren. Dengan pendekatan ini, selain pesantren dapat memenuhi standar kebersihan, juga mendidik santri menjadi agen perubahan di masyarakat.
Kebersihan toilet di pesantren sejatinya mencerminkan sejauh mana nilai-nilai Islam diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Islam, kebersihan adalah sebagian dari iman, dan menjaga kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab bersama.
Karenanya, pesantren harus menjadikan kebersihan toilet sebagai salah satu indikator keberhasilan mereka dalam mendidik santri. Dengan demikian, pesantren tidak hanya menghasilkan generasi yang beriman dan berilmu, tetapi juga generasi yang peduli terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Bagi para orang tua, kebersihan toilet bisa menjadi salah satu pertimbangan utama dalam memilih pesantren untuk anak-anak mereka. Toilet yang bersih menunjukkan bahwa pesantren memiliki manajemen yang baik dan peduli terhadap kesehatan santrinya.