Materi dalam kurikulum ini dapat mencakup pelatihan teknis mengenai pengumpulan, validasi, dan penginputan data, serta pengelolaan data yang berkelanjutan.
Kurikulum juga harus menyentuh aspek strategis, seperti cara memanfaatkan data untuk menyusun rencana pembangunan desa, mengevaluasi program yang telah berjalan, dan membuat keputusan berbasis bukti.Â
Dengan demikian, kurikulum ini tidak hanya mengatasi persoalan teknis, tetapi juga meningkatkan literasi data dan kesadaran masyarakat desa akan pentingnya informasi dalam pembangunan.
Pengembangan kurikulum SDGs Desa ini tidak dapat dilakukan secara top-down. Partisipasi aktif dari pemerintah desa, pendamping desa, serta masyarakat setempat sangat penting guna memastikan bahwa kurikulum yang dirancang sesuai dengan kebutuhan lokal.
Misalnya, desa-desa di NTB mungkin menghadapi tantangan yang berbeda dibandingkan dengan desa di wilayah lain, sehingga kurikulum harus dirancang secara fleksibel untuk mengakomodasi konteks lokal. Proses ini juga harus melibatkan evaluasi terus-menerus untuk memastikan kurikulum tetap relevan dan efektif.
Kurikulum ini juga dapat dirancang untuk mengatasi trauma yang dialami desa akibat kegagalan sistem sebelumnya. Salah satu caranya adalah dengan memasukkan modul-modul yang berfokus pada pengelolaan risiko, solusi alternatif ketika server mengalami kendala, dan pemahaman mengenai pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak.Â
Dengan membangun kapasitas dan kepercayaan diri aparat desa, diharapkan mereka dapat lebih siap menghadapi tantangan teknis maupun non-teknis dalam pengelolaan data dasar.
Manfaat dari kurikulum SDGs Desa ini tidak hanya dirasakan oleh pemerintah desa, tetapi juga oleh masyarakat secara umum. Dengan memiliki data yang valid dan terkini, desa dapat menyusun program-program yang lebih tepat sasaran, seperti pengentasan kemiskinan, peningkatan akses pendidikan, atau pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Kurikulum ini juga dapat menjadi alat untuk memperkuat gotong royong dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Misalnya, melalui pelatihan yang melibatkan berbagai kelompok masyarakat, seperti pemuda, perempuan, dan tokoh adat, sehingga mereka juga memiliki peran aktif dalam mencapai tujuan SDGs Desa.
Keberhasilan dari kurikulum SDGs Desa ini tentunya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan lembaga donor. Salah satu bentuk dukungan yang dapat diberikan adalah penyediaan sumber daya, baik dalam bentuk finansial, teknologi, maupun pendampingan.
Diperlukan pula sistem insentif yang mendorong desa-desa untuk terus memperbarui dan memanfaatkan data dasar mereka. Misalnya, desa-desa yang berhasil menyelesaikan penginputan data secara lengkap dan akurat dapat diberikan prioritas dalam program-program pembangunan tertentu.