Peralihan dari misi Nawacita pemerintahan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin ke misi Asta Cita yang diusung oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menandai sebuah perubahan paradigma dalam pembangunan desa di Indonesia.
Nawacita, yang berfokus pada sembilan agenda prioritas, bertujuan membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa. Adapun Asta Cita menawarkan pendekatan yang lebih terintegrasi dan berorientasi pada keberlanjutan, yang menuntut desa untuk beradaptasi dengan berbagai tantangan baru.
Salah satu tantangan utama dalam transisi ini adalah kesiapan sumber daya manusia (SDM). Di bawah Nawacita, perhatian besar diberikan pada pembangunan infrastruktur fisik dan peningkatan akses layanan dasar. Namun, pengembangan SDM sering kali terabaikan.
Dalam konteks Asta Cita, desa diharapkan tidak hanya memiliki infrastruktur yang memadai tetapi juga masyarakat yang terampil dan berpengetahuan. Karenanya, peningkatan kapasitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan yang relevan menjadi sangat penting. Tanpa adanya peningkatan kualitas SDM, tujuan Asta Cita untuk memberdayakan masyarakat desa akan sulit tercapai.
Pembangunan infrastruktur berkelanjutan menjadi tantangan selanjutnya. Nawacita berhasil meningkatkan akses terhadap infrastruktur dasar seperti jalan dan jembatan, tetapi banyak dari infrastruktur tersebut belum sepenuhnya ramah lingkungan.
Dalam kerangka Asta Cita, desa dituntut memastikan bahwa pembangunan infrastruktur tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini tetapi juga mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan. Hal ini memerlukan perencanaan matang serta keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan agar menghasilkan solusi yang sesuai dengan karakteristik lokal.
Kemandirian ekonomi juga menjadi isu krusial dalam transisi ini. Program Asta Cita menekankan pentingnya swasembada pangan dan pengembangan ekonomi berbasis komunitas sebagai bagian dari upaya pemberdayaan desa. Namun, banyak desa masih bergantung pada sektor pertanian tradisional yang rentan terhadap perubahan iklim dan fluktuasi pasar.
Diversifikasi ekonomi melalui pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta pemanfaatan teknologi digital perlu didorong agar desa-desa dapat lebih mandiri secara ekonomi. Kemandirian ini akan memperkuat ketahanan masyarakat terhadap krisis ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan.
Tantangan berikutnya adalah partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Asta Cita mengedepankan pendekatan pembangunan dari bawah dengan melibatkan masyarakat dalam setiap tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Namun, seringkali keputusan pembangunan masih didominasi oleh elite politik tanpa melibatkan suara masyarakat setempat. Mengatasi hal ini, perlu perbaikan mekanisme guna memperkuat partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan serta transparansi dalam penggunaan anggaran.
Pengelolaan sumber daya alam juga menjadi tantangan besar dalam transisi ini. Meskipun Nawacita Jokowi-Ma'ruf mengedepankan pentingnya konservasi lingkungan, banyak desa masih menghadapi masalah eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan.
Dalam konteks Asta Cita, pendekatan holistik terhadap pengelolaan sumber daya alam wajib diterapkan agar desa mampu memanfaatkan kekayaan alam mereka tanpa merusak lingkungan. Ini memerlukan kerjasama antara pemerintah daerah, masyarakat lokal, dan lembaga swadaya masyarakat guna mencipta praktik pengelolaan berkelanjutan.
Keterbatasan akses terhadap teknologi menjadi tantangan signifikan bagi banyak desa di Indonesia. Di era digital ini, teknologi informasi berperan penting meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Namun, kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan masih sangat lebar.
Guna mendukung implementasi program-program Asta Cita yang berbasis teknologi, pemerintah perlu meningkatkan akses internet dan memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang penggunaan teknologi informasi.
Menghadapi berbagai tantangan ini diperlukan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah serta partisipasi aktif masyarakat. Dengan pendekatan yang inklusif dan berkelanjutan, desa-desa di Indonesia dapat bertransformasi menuju visi Asta Cita dengan lebih efektif.
Keberhasilan transisi ini tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa tetapi juga berkontribusi pada pembangunan nasional secara keseluruhan. Masyarakat desa dilibatkan secara aktif dalam setiap langkah perubahan agar muncul rasa memiliki dan berkontribusi pada keberhasilan implementasinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H