Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Rp 10.000 untuk Gizi Negeri, Cukupkah?

1 Desember 2024   00:44 Diperbarui: 1 Desember 2024   07:45 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Namun, tantangan lain muncul dalam pengawasan dan pelaksanaan di lapangan. Seperti banyak program sosial lainnya, distribusi anggaran rentan terhadap penyelewengan. Tanpa pengawasan yang ketat, Rp 10.000 per porsi mungkin hanya menjadi angka simbolis tanpa dampak nyata.

Pemerintah harus memastikan transparansi dalam pengelolaan anggaran dengan melibatkan masyarakat, organisasi lokal, dan lembaga independen untuk memantau pelaksanaan program secara berkala, sehingga dapat mencegah penyimpangan dan memastikan anggaran digunakan sesuai kebutuhan yang telah direncanakan.

Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah kualitas makanan yang disediakan. Gizi bukan hanya soal jumlah makanan, tetapi juga kandungannya. Untuk memenuhi standar gizi yang layak, menu harus mencakup karbohidrat, protein, lemak sehat, serta vitamin dan mineral.

Dengan Rp 10.000, tantangannya adalah menemukan keseimbangan antara kuantitas dan kualitas. Jika gagal, program ini berisiko menjadi sekadar formalitas tanpa hasil signifikan bagi kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan ini juga menuntut koordinasi lintas sektor, termasuk antara Kementerian Kesehatan, Kementerian Desa, dan pemerintah daerah. Tanpa sinergi yang baik, implementasi di lapangan bisa berjalan pincang.

Misalnya, program ini bisa gagal total jika pemerintah daerah tidak memiliki kapasitas untuk mendistribusikan bahan makanan atau memastikan kualitasnya sesuai standar. Pemerintah pusat harus menyediakan panduan teknis yang jelas dan dukungan logistik yang memadai.

Jika berhasil, program makan bergizi gratis berpotensi menjadi game-changer dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama bagi kelompok rentan. Namun, keberhasilan program ini bergantung pada kesungguhan pemerintah dalam menyeimbangkan ambisi dengan realitas.

Tanpa perencanaan matang, anggaran Rp 10.000 hanya menjadi janji kosong yang menguap di tengah kesenjangan sosial, geografis, akses pendidikan, dan layanan kesehatan yang masih akut, memperparah ketimpangan antardaerah dan melemahkan upaya pembangunan berkelanjutan.

Di sisi lain, peran aktif masyarakat sangat penting untuk keberhasilan program ini. Kesadaran akan pentingnya gizi harus ditanamkan, terutama di kalangan orang tua. Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam pengawasan juga menjadi kunci untuk memastikan bahwa setiap porsi makanan benar-benar sampai ke tangan yang membutuhkan.

Program ini bisa menjadi langkah nyata dalam mengatasi masalah kelaparan, gizi buruk, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan sehat serta pemberdayaan lokal melalui pemanfaatan sumber daya desa secara berkelanjutan demi kesejahteraan bersama.

Akhirnya, angka Rp 10.000 hanyalah instrumen. Keberhasilan program makan bergizi gratis bukan ditentukan oleh nominal, tetapi oleh eksekusi dan komitmen. Pemerintah harus menjadikan program ini sebagai momentum untuk memperkuat kolaborasi antara negara, masyarakat, dan sektor swasta. Dengan pendekatan menyeluruh, program ini dapat menjadi landasan menuju Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun