Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Memanen Timun, Strategi LAZADHA Menyentuh Akar Rumput

26 November 2024   08:27 Diperbarui: 26 November 2024   08:33 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Lombok Barat nomor urut 4, Lalu Ahmad Zaini dan Nurul Adha (LAZADHA) (sumber: Relawan Ummi Adha)

Langkah ini juga menegaskan pentingnya komunikasi politik yang sederhana namun efektif. Dalam suasana politik yang sering kali mengalienasi masyarakat dengan retorika tinggi, aksi langsung di ladang menjadi cara untuk menjembatani jurang antara pemimpin dan rakyat.

Aktivitas ini tidak hanya memperlihatkan kepekaan terhadap kebutuhan petani, tetapi juga menciptakan ruang dialog yang organik, tanpa sekat formalitas. Petani, sebagai salah satu kelompok pemilih terbesar, merasa diakui keberadaannya.

Ini bukan sekadar soal memenangkan hati mereka, tetapi tentang menunjukkan kepemimpinan yang mau mendengar, melihat, dan merasakan langsung apa yang dirasakan oleh rakyat.

Namun, di balik semua itu, pertanyaan besar yang patut diajukan adalah sejauh mana langkah ini akan menjadi cerminan dari komitmen yang berkelanjutan. Politik Indonesia memiliki sejarah panjang tentang janji-janji yang terucap selama masa kampanye tetapi menguap setelah pemimpin terpilih.

Bagi petani, janji-janji manis sudah terlalu sering mereka dengar. Yang mereka butuhkan adalah kebijakan nyata yang menyelesaikan masalah, bukan sekadar janji atau aksi simbolis.

Karenanya, jika LAZADHA ingin menjadikan momen ini lebih dari sekadar kampanye, mereka perlu memastikan bahwa kebijakan yang konkret akan menyusul langkah simbolis ini.

Salah satu isu krusial yang membutuhkan perhatian adalah fluktuasi harga hasil tani. Timun, seperti banyak komoditas lainnya, sering kali tidak memiliki harga yang stabil. Ketika panen melimpah, harga cenderung jatuh, membuat petani merugi.

Di sisi lain, saat harga tinggi, petani justru kesulitan memenuhi permintaan karena kurangnya dukungan dari sisi produksi. Untuk itu, diperlukan kebijakan yang memastikan stabilitas harga melalui mekanisme pasar yang lebih adil.

Pemerintah daerah dapat memfasilitasi akses pasar yang lebih luas, baik melalui koperasi petani, kolaborasi dengan sektor swasta, maupun pengembangan platform digital untuk menghubungkan petani langsung dengan konsumen secara lebih efisien.

Selain itu, keberlanjutan sektor pertanian juga harus menjadi perhatian utama. Dalam era perubahan iklim seperti sekarang, ketahanan petani terhadap kondisi cuaca yang tidak menentu sangat penting.

Teknologi pertanian modern, seperti sistem irigasi pintar dan pemantauan cuaca berbasis data, dapat menjadi solusi. Namun, implementasinya membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah daerah, termasuk subsidi bagi petani kecil yang kesulitan mengakses teknologi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun