Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Beryn, lahir di Pulau Seribu Masjid, saat ini mengabdi pada desa sebagai TPP BPSDM Kementerian Desa dengan posisi sebagai TAPM Kabupaten. Sebelumnya, ia aktif mengajar di beberapa perguruan tinggi. Beryn memiliki minat pada isu sosial, budaya, dan filsafat Islam. Saat kuliah, Beryn pernah mencoba berbagai aktivitas umumnya seperti berorganisasi, bermain musik, hingga mendaki gunung, meskipun begitu satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya adalah menikmati secangkir kopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cahaya di Lingkar Kabut (8)

29 Oktober 2024   07:33 Diperbarui: 29 Oktober 2024   07:46 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karim menggertakkan giginya, tampak menahan amarah yang dalam. "Mereka tahu aku mulai meragukan apa yang kami lakukan. Mereka tahu aku mulai melihat betapa kejamnya permainan ini. Mereka pikir dengan membunuh keluargaku, mereka bisa membuatku tunduk. Tapi mereka salah."

Hendra merasa darahnya berdesir. "Lalu apa yang kau lakukan?"

"Aku berbalik arah. Aku mulai mencari tahu siapa yang benar-benar mengendalikan semua ini. Mereka bukan hanya orang-orang di lapangan seperti Arman. Jauh di atas, ada jaringan konspirasi yang lebih besar. Mereka tidak peduli dengan hukum, tidak peduli dengan keadilan. Yang mereka inginkan hanya satu: kontrol atas semua sumber daya yang ada, termasuk yang terkubur di desa dampinganmu."

Suasana hening sejenak. Karim menatap Hendra dengan mata yang penuh kesungguhan. "Mereka tahu bahwa desa itu adalah kunci. Jika warga desa sadar akan kekayaan yang mereka miliki, maka semuanya akan hancur. Itu sebabnya mereka ingin menyingkirkanmu."

Hendra merasa dunianya terbalik. "Lalu, kenapa kau ada di sini? Kenapa kau melawan mereka?"

Karim tersenyum getir. "Aku tidak punya pilihan lain. Setelah keluarga ku dibunuh, aku tahu bahwa aku harus membongkar apa yang mereka lakukan, walaupun risikonya besar. Aku tahu, cepat atau lambat, mereka akan mencoba menyingkirkanku juga. Tapi sebelum itu terjadi, aku harus melakukan sesuatu."

"Dan sekarang kau di sini," kata Hendra, suaranya hampir berbisik. "Apa rencanamu selanjutnya?"

Karim terdiam sejenak, matanya menatap jauh, seolah mencoba mencari jawaban yang selama ini ia pendam. "Aku tidak tahu, Hendra. Tapi yang jelas, kita tidak bisa membiarkan mereka menang. Kebenaran harus terungkap, apa pun yang terjadi."

Namun, di balik kalimat penuh semangat itu, Hendra merasakan sesuatu yang lain---ketidakpastian. Bagaimana mereka bisa melawan konspirasi sebesar ini? Apa yang bisa dilakukan dua orang tahanan di dalam penjara, melawan kekuatan yang begitu besar dan tersembunyi?

Dan yang lebih penting, siapa sebenarnya orang-orang di balik konspirasi ini? Siapa yang mengendalikan semuanya dari balik bayang-bayang?

Pertanyaan-pertanyaan itu menghantui Hendra, menutup percakapan mereka pagi itu dengan keheningan yang berat. Hendra tahu, pertempuran belum selesai. Tapi seberapa jauh ia bisa bertahan? Apakah kebenaran yang ia cari benar-benar bisa diungkap? Atau apakah ia akan selamanya terkubur dalam gelap, terjebak di dalam permainan yang terlalu besar untuk ia pahami?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun