Presiden: Maaf, tapi Terima Kasih Sudah Datang!
Di suatu siang yang cerah, di Istana Negara, Presiden sudah siap dengan pengumuman pentingnya. Ruang pertemuan sudah diisi oleh beberapa orang yang duduk dengan senyum lebar dan penuh percaya diri.Â
Mereka semua adalah tokoh yang dikabarkan akan jadi menteri. Pakaian rapi, gaya duduk tegang tapi penuh optimisme, dan sebagian bahkan sudah mulai membayangkan nanti bikin foto dengan selempang menteri di media sosial.
Presiden akhirnya masuk, berjalan santai dengan senyum khasnya, menatap satu per satu yang ada di ruangan.Â
"Selamat datang! Saya senang sekali kalian bisa datang hari ini," katanya penuh semangat.
Para tamu langsung duduk tegak. "Ini dia! Waktunya!" pikir mereka serempak.
Presiden duduk, lalu mulai berbicara, "Saya tahu kalian semua pasti sudah dengar kabar-kabar soal siapa yang bakal jadi menteri di kabinet baru. Dan saya yakin, kalian semua sudah siap untuk jabatan ini."
Salah satu tamu yang duduk di barisan depan, Pak Amus, sudah bersiap dengan senyum lebar. Ibu Usi di sebelahnya, bahkan sudah terlihat seperti mau menangis haru. Mereka semua yakin, ini saatnya.
"Tapi, sebelum saya lanjut, saya mau bilang sesuatu yang penting," lanjut Presiden sambil tersenyum lebih lebar lagi. "Saya mengundang kalian semua ke sini, bukan karena saya akan menjadikan kalian menteri."
Ruangan langsung sunyi. Senyum Pak Amus menghilang seperti tertiup angin. Ibu Usi? Matanya yang tadinya berkaca-kaca kini mendadak kering.