Presiden melanjutkan, dengan santai, "Saya mengundang kalian ke sini karena saya mau kalian dengar langsung dari saya. Biar enggak ada gosip-gosip lagi di luar sana. Supaya jelas, yang jadi menteri... bukan kalian."
Pak Amus tersentak, hampir saja tersedak kopinya. Ibu Usi? Ia langsung mencari tisu sambil bisik-bisik, "Ini beneran? Nggak mimpi, kan?"
"Eh, tunggu-tunggu, jangan kecewa dulu!" Presiden cepat-cepat menambahkan. "Saya undang kalian biar kalian tahu bahwa meski bukan menteri, kalian tetap berperan penting. Kalian adalah inspirasi! Lihat tuh, Pak Amus, wajah bapak sangat cocok jadi motivator! Ibu Usi, nanti bantu saya di acara masak-masak ya!"
Pak Amus hanya bisa mengangguk pelan, masih terkejut. Ibu Usi? Dia tertawa kering, "Masak-masak? Padahal saya udah siapin program dapur umum!"
Presiden tertawa lepas, "Ya kan bisa masak ikan laut! Kan masih relevan, Bu!"
Rapat diakhiri dengan wajah-wajah penuh kebingungan. Mereka keluar dari istana dengan langkah pelan. Tak ada yang berani mengunggah foto selfie hari itu.
Namun, satu pelajaran berharga mereka dapat: Terkadang, datang ke undangan presiden tak selalu berarti promosi jabatan. Bisa saja, hanya untuk tahu... bahwa promosi itu bukan untuk mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI