Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengumuman Menteri

15 Oktober 2024   23:55 Diperbarui: 16 Oktober 2024   00:04 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dikira mau distempel, ternyata tidak (sumber: dokpri) 

Presiden: Maaf, tapi Terima Kasih Sudah Datang!

Di suatu siang yang cerah, di Istana Negara, Presiden sudah siap dengan pengumuman pentingnya. Ruang pertemuan sudah diisi oleh beberapa orang yang duduk dengan senyum lebar dan penuh percaya diri. 

Mereka semua adalah tokoh yang dikabarkan akan jadi menteri. Pakaian rapi, gaya duduk tegang tapi penuh optimisme, dan sebagian bahkan sudah mulai membayangkan nanti bikin foto dengan selempang menteri di media sosial.

Presiden akhirnya masuk, berjalan santai dengan senyum khasnya, menatap satu per satu yang ada di ruangan. 

"Selamat datang! Saya senang sekali kalian bisa datang hari ini," katanya penuh semangat.

Para tamu langsung duduk tegak. "Ini dia! Waktunya!" pikir mereka serempak.

Presiden duduk, lalu mulai berbicara, "Saya tahu kalian semua pasti sudah dengar kabar-kabar soal siapa yang bakal jadi menteri di kabinet baru. Dan saya yakin, kalian semua sudah siap untuk jabatan ini."

Salah satu tamu yang duduk di barisan depan, Pak Amus, sudah bersiap dengan senyum lebar. Ibu Usi di sebelahnya, bahkan sudah terlihat seperti mau menangis haru. Mereka semua yakin, ini saatnya.

"Tapi, sebelum saya lanjut, saya mau bilang sesuatu yang penting," lanjut Presiden sambil tersenyum lebih lebar lagi. "Saya mengundang kalian semua ke sini, bukan karena saya akan menjadikan kalian menteri."

Ruangan langsung sunyi. Senyum Pak Amus menghilang seperti tertiup angin. Ibu Usi? Matanya yang tadinya berkaca-kaca kini mendadak kering.

Presiden melanjutkan, dengan santai, "Saya mengundang kalian ke sini karena saya mau kalian dengar langsung dari saya. Biar enggak ada gosip-gosip lagi di luar sana. Supaya jelas, yang jadi menteri... bukan kalian."

Pak Amus tersentak, hampir saja tersedak kopinya. Ibu Usi? Ia langsung mencari tisu sambil bisik-bisik, "Ini beneran? Nggak mimpi, kan?"

"Eh, tunggu-tunggu, jangan kecewa dulu!" Presiden cepat-cepat menambahkan. "Saya undang kalian biar kalian tahu bahwa meski bukan menteri, kalian tetap berperan penting. Kalian adalah inspirasi! Lihat tuh, Pak Amus, wajah bapak sangat cocok jadi motivator! Ibu Usi, nanti bantu saya di acara masak-masak ya!"

Pak Amus hanya bisa mengangguk pelan, masih terkejut. Ibu Usi? Dia tertawa kering, "Masak-masak? Padahal saya udah siapin program dapur umum!"

Presiden tertawa lepas, "Ya kan bisa masak ikan laut! Kan masih relevan, Bu!"

Rapat diakhiri dengan wajah-wajah penuh kebingungan. Mereka keluar dari istana dengan langkah pelan. Tak ada yang berani mengunggah foto selfie hari itu.

Namun, satu pelajaran berharga mereka dapat: Terkadang, datang ke undangan presiden tak selalu berarti promosi jabatan. Bisa saja, hanya untuk tahu... bahwa promosi itu bukan untuk mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun