Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Beryn, lahir di Pulau Seribu Masjid, saat ini mengabdi pada desa sebagai TPP BPSDM Kementerian Desa dengan posisi sebagai TAPM Kabupaten. Sebelumnya, ia aktif mengajar di beberapa perguruan tinggi. Beryn memiliki minat pada isu sosial, budaya, dan filsafat Islam. Saat kuliah, Beryn pernah mencoba berbagai aktivitas umumnya seperti berorganisasi, bermain musik, hingga mendaki gunung, meskipun begitu satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya adalah menikmati secangkir kopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cahaya di Lingkar Kabut (5)

15 Oktober 2024   16:32 Diperbarui: 15 Oktober 2024   16:39 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: bing.com)

---Sebelumnya Cahaya di Lingkar Kabut Bagian 1 | Bagian 2 | Bagian 3 | Bagian 4

Petugas itu tak memberi penjelasan lebih lanjut, hanya menyuruhnya bersiap. Hendra tahu bahwa ini adalah bagian dari permainan yang lebih besar. Mungkin pihak yang menjebaknya telah mengetahui bahwa ia sedang mendekati sebuah kebenaran yang bisa membongkar rekayasa jahat itu.

Malam itu, Hendra tak bisa tidur. Ia memikirkan Zaki, tentang semua pelajaran yang telah ia dapatkan, dan tentang bagaimana cara mengungkap kebenaran setelah ia bebas nanti. Tapi, kini ada tantangan baru yang menghadang. Dengan dipindahkannya ia ke penjara lain, akankah Hendra masih bisa melanjutkan perjuangannya?

Pagi itu, ketika ia hendak dipindahkan, Zaki mendekatinya untuk kali terakhir. "Jangan lupa, Hendra," bisiknya pelan. "Kebenaran selalu bisa ditemukan, asal kau tak pernah menyerah mencarinya."

Hendra mengangguk. Di hatinya, ada semangat yang masih menyala. Tapi ia tahu, jalan di depan akan semakin sulit dan penuh dengan jebakan. Langkahnya berat saat ia dibawa keluar dari penjara itu, menuju ke tempat yang lebih jauh, lebih gelap. Namun di tengah segala ketidakpastian itu, Hendra tetap berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan terus berjuang.

Hendra berjalan perlahan melewati lorong panjang yang pengap, dipindahkan ke lapas yang lebih suram dari sebelumnya. Setiap langkah terasa berat, tak hanya karena suasana, tetapi karena beban yang ia tanggung. Di tempat ini, segalanya terasa asing, orang-orang yang ia lihat juga berbeda, jauh lebih keras, dan penuh dengan pandangan tajam yang mengawasi setiap gerak-geriknya. Ia merasa sendirian, ditinggalkan di tempat yang jauh dari harapan.

Hari-hari berlalu tanpa banyak peristiwa penting, sampai pada suatu sore, ketika Hendra sedang duduk di pojok lapangan penjara, seorang pria bertubuh besar menghampirinya dengan senyum licik. "Hendra, ya?" tanya pria itu. Suaranya serak, dengan sorot mata yang seolah-olah mengenalnya dengan baik.

Hendra menatap pria itu penuh kebingungan. Ia merasa pernah melihat wajah itu di suatu tempat, tapi di mana? Ia mencoba mengingat, tapi ingatan masa lalu terlalu kabur.

"Kau nggak ingat aku?" Pria itu tertawa kecil, menyeringai. "Aku Burhan. Dulu kita pernah sekolah di SMP yang sama."

Hendra menatapnya dalam-dalam, berusaha keras mengingat. Nama itu terasa samar, tapi belum cukup untuk memunculkan gambaran jelas. "Burhan?" gumamnya pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun