-----Sebelumnya | Cahaya di Lingkar Kabut Bagian 1 Bagian 2
Hendra ingin membalas, tapi ia sadar, ini bukanlah medan pertarungan yang adil. Semua ini adalah bagian dari rencana besar Arman untuk menyingkirkannya. Di ruangan itu, Hendra merasa dikelilingi oleh orang-orang yang telah dipengaruhi oleh fitnah Arman. Meski ia yakin kebenaran akan menang pada akhirnya, ia mulai merasa lelah dengan permainan kotor ini.
Hari itu berakhir tanpa keputusan jelas. Evaluasi Hendra masih "ditunda" dengan alasan "butuh penyelidikan lebih lanjut". Namun, Hendra tahu, ini hanya upaya Arman untuk terus memperpanjang penderitaannya. Kebencian Arman yang semakin dalam tak hanya membuatnya ingin menyingkirkan Hendra, tetapi juga menghancurkan seluruh kredibilitasnya.
Ketika Hendra berjalan keluar dari ruang rapat, matahari mulai terbenam. Ia berhenti sejenak di depan pintu, memandang langit yang mulai memerah. Di kejauhan, ia bisa mendengar suara kendaraan yang lalu lalang, kehidupan yang terus berjalan di luar drama yang terjadi di dalam sekretariat kecamatan itu.
Namun, langkahnya terasa berat. Bayangan Arman yang penuh dendam semakin mendekat, seolah mengintai setiap gerakannya. Hendra tahu, pertarungan ini belum usai---dan mungkin, apa yang akan datang jauh lebih berat daripada apa yang sudah ia lalui.
Di sudut ruangan, Arman berdiri, memandangi Hendra dengan mata penuh kebencian. Ia tersenyum samar, puas dengan langkah-langkah yang telah ia rencanakan.
"Aku akan membuatmu menyerah, Hendra," gumam Arman dalam hati. "Dan kali ini, tak akan ada yang bisa menyelamatkanmu."
Hendra menatap langit sekali lagi, merasa ada badai yang semakin mendekat. Namun, ia tetap melangkah. Meski badai itu mengancam, Hendra tahu, ia akan terus berjalan, apapun yang terjadi.
-----
Hari demi hari berlalu, dan situasi di kecamatan semakin meresahkan bagi Hendra. Orang-orang yang sebelumnya menghormatinya kini perlahan-lahan mulai meragukan integritasnya. Mereka yang dulu mendukung perjuangan Hendra untuk membangun desa kini tampak cenderung berpihak pada Arman. Orang-orang di kecamatan, termasuk beberapa pejabat yang dulunya berpikir bahwa Hendra adalah sosok yang lurus, mulai memperlihatkan keraguan mereka. Dan lebih dari itu, mereka tampaknya telah terpengaruh oleh siasat licik Arman.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!