Arman, yang sebelumnya tertangkap dalam kasus korupsi, kini seolah menjadi bintang kecamatan. Orang-orang melupakan begitu saja kelicikannya. Beberapa oknum polisi yang dulu membekingi Arman ikut terlibat dalam upaya memulihkan citra buruk Arman.
Mereka adalah pihak-pihak yang diuntungkan oleh proyek-proyek yang pernah dikerjakan Arman. Di balik seragam mereka, ada niat terselubung untuk mempertahankan status quo, dan mereka melihat Hendra sebagai ancaman terhadap posisi nyaman yang telah mereka bangun bersama Arman.
Sekretaris desa dan perangkat desa yang dulu bersekongkol dengan Arman juga mulai merapat. Mereka tahu bahwa Hendra adalah penghalang terbesar dalam skema-skema kotor yang telah lama mereka jalankan. Dengan Arman bebas dari jeratan hukum, mereka merasa di atas angin. Mereka merasa, jika Arman bisa bebas dari jeratan kasus korupsi, apalagi yang perlu mereka takutkan?
-----
Malam itu, Hendra duduk di teras rumahnya, memandangi bintang-bintang yang tampak jauh dan tak terjangkau. Ia merasa ada sesuatu yang salah, ada badai yang sedang mendekat. Perasaan itu semakin kuat setelah ia mendengar dari beberapa rekan dekatnya bahwa ada rencana besar untuk menjatuhkannya. Namun, Hendra tetap tak tergoyahkan. Baginya, selama ia jujur pada tugas dan tanggung jawabnya, tak ada yang perlu ditakutkan.
Tetapi, pada suatu pagi yang mendung, semuanya berubah. Hendra menerima panggilan telepon yang membuat dadanya seketika sesak. Di ujung telepon, salah seorang rekannya memberitahukan bahwa ada tuduhan serius terhadapnya. Tuduhan bahwa ia telah menggelapkan dana proyek pembukaan jalan baru di salah satu desa dampingannya. Bahkan, yang lebih mengejutkan lagi, terdapat bukti rekaman video yang memperlihatkan Hendra sedang melakukan transaksi gelap dengan salah satu kepala desa.
"Rekaman video?" tanya Hendra dengan suara bergetar, nyaris tak percaya.
"Iya, Hen. Video itu beredar cepat di kecamatan. Banyak yang sudah melihatnya, dan sekarang semuanya membicarakanmu," kata rekannya dengan nada berat.
Hendra tak percaya. Ia tahu bahwa tuduhan itu adalah rekayasa. Namun, ketika rekannya mengirimkan video itu, tubuh Hendra seketika membeku. Dalam video itu, terlihat sosok yang sangat mirip dengannya sedang menerima amplop dari seorang kepala desa. Wajah Hendra dalam video itu terlihat jelas, dengan dialog yang dipotong sedemikian rupa untuk menguatkan narasi bahwa ia telah menerima suap.
Hendra mengamati video itu berulang kali, mencoba mencari celah. Namun, rekayasa itu terlalu sempurna. Setiap potongan gambar, setiap kata, seolah telah disusun untuk membuatnya tampak benar-benar bersalah. Ia tahu, ini ulah Arman---dan para sekongkolnya. Arman pasti telah menyiapkan ini sejak lama, menunggu saat yang tepat untuk menghancurkannya.
-----