Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Beryn, lahir di Pulau Seribu Masjid, saat ini mengabdi pada desa sebagai TPP BPSDM Kementerian Desa dengan posisi sebagai TAPM Kabupaten. Sebelumnya, ia aktif mengajar di beberapa perguruan tinggi. Beryn memiliki minat pada isu sosial, budaya, dan filsafat Islam. Saat kuliah, Beryn pernah mencoba berbagai aktivitas umumnya seperti berorganisasi, bermain musik, hingga mendaki gunung, meskipun begitu satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya adalah menikmati secangkir kopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Inspiratif (3) "Setelah Mengganti Nama"

2 Oktober 2024   23:17 Diperbarui: 3 Oktober 2024   09:40 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.bing.com/images/create/seorang-pendamping-desa

Di sebuah rumah sederhana di Desa Montong Sapah, Lombok Tengah, saya bertemu dengan Inaq Imah, seorang ibu yang penuh dengan senyum hangat. Di balik senyum itu, ada sebuah cerita yang mendalam tentang perjuangan seorang ibu dan kepercayaannya pada kekuatan spiritual. Inaq Imah memiliki seorang putra yang dulu sering sakit-sakitan, dan pada akhirnya, sebuah perubahan nama membawa kedamaian serta kesehatan bagi keluarganya.

Ketika saya bertanya tentang anaknya, Inaq Imah menatap ke arah luar jendela, seakan mengingat kembali masa-masa sulit yang telah ia lewati.

Anak Saya Sakit-Sakitan Sejak Lahir”

“Sejak lahir, anak saya selalu sakit-sakitan,” katanya membuka percakapan. “Sebulan sekali pasti ada saja penyakit yang datang. Kadang demam tinggi, kadang batuk berkepanjangan. Saya sudah coba berobat ke sana-sini, tapi tak ada perubahan yang signifikan.”

Dengan nada suara yang lembut namun penuh kepasrahan, Inaq Imah menjelaskan bagaimana dirinya terus-menerus membawa anaknya ke dukun kampung, dokter, dan bahkan ke rumah sakit, tapi setiap kali sembuh, tidak lama kemudian penyakit lain datang menghampiri. Sebagai ibu, melihat anaknya menderita membuat hatinya remuk redam.

“Saya sudah coba segala cara, mulai dari medis sampai tradisional. Setiap kali dia sembuh sebentar, tak lama kemudian sakit lagi. Saya hampir putus asa,” katanya dengan suara lirih.

Sebuah Pertemuan yang Mengubah Segalanya

Suatu hari, ketika sedang mengobrol dengan tetangga jauh yang kebetulan alumni Pondok Pesantren Al-Aziziyah, Inaq Imah mendengar tentang kitab Adzkarul Mu’minin, sebuah kumpulan dzikir yang berisi doa-doa dan wirid untuk berbagai keperluan kehidupan sehari-hari.

Tetangganya itu menyarankan agar Inaq Imah mencoba membaca wirid dari Adzkarul Mu’minin setiap hari dan menamai anaknya dengan nama yang sama, sebagai simbol keberkahan dan doa agar anaknya selalu dalam perlindungan Allah.

“Saya tidak terlalu paham soal dzikir atau kitab-kitab, tapi saya yakin dengan doa dan niat baik. Saya pun memutuskan untuk mencoba,” kenang Inaq Imah.

Mengganti Nama Anak Menjadi Adzkarul Mukmin

Dengan keyakinan baru, Inaq Imah dan suaminya memutuskan untuk mengganti nama anak mereka menjadi Adzkarul Mukmin. Keputusan ini awalnya sempat menuai pertanyaan dari keluarga dan tetangga lainnya, tetapi Inaq Imah tetap teguh.

“Banyak yang bertanya-tanya, kenapa namanya diganti? Tapi bagi saya, ini bukan soal nama saja. Ini adalah doa dan harapan, bahwa dengan nama yang penuh berkah, anak saya bisa sembuh dan hidup lebih sehat,” katanya dengan penuh keyakinan.

Setelah mengganti nama anaknya, Inaq Imah mulai rutin mengamalkan wirid dari Adzkarul Mu’minin setiap selesai shalat. Ia pun memulai kebiasaan untuk membaca wirid ini bersama suaminya, berharap keberkahan tak hanya datang pada anak mereka, tetapi juga pada keluarga secara keseluruhan.

“Perubahan Perlahan, Tapi Pasti”

Luar biasanya, setelah beberapa minggu mengamalkan wirid ini, Inaq Imah mulai merasakan perubahan pada kesehatan anaknya. Anak yang sebelumnya sering sakit, kini semakin jarang jatuh sakit.

“Awalnya saya tidak terlalu berharap banyak. Tapi setelah satu bulan, anak saya mulai terlihat lebih sehat. Tidak lagi sering demam atau batuk. Saya benar-benar merasakan perubahan,” katanya sambil tersenyum penuh syukur.

Menurut Inaq Imah, setelah mengganti nama anaknya dan rutin membaca wirid Adzkarul Mu’minin, kesehatan anaknya membaik secara drastis. Anak yang dulu selalu lemah, kini tumbuh dengan sehat dan ceria.

“Saya percaya, Allah mendengar doa-doa kami dan melalui wirid ini, saya merasa ada keberkahan yang datang dalam keluarga kami. Anak saya sekarang tumbuh lebih sehat, dan rumah kami terasa lebih tenang.”

Ketenangan yang Mendalam

Selain kesehatan fisik anaknya yang semakin baik, Inaq Imah juga merasakan ketenangan batin yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Kekuatan spiritual dari dzikir yang ia amalkan setiap hari membuatnya merasa lebih dekat dengan Allah, dan lebih yakin bahwa segala masalah dapat diatasi dengan doa dan usaha yang sungguh-sungguh.

“Bukan hanya anak saya yang sehat, tapi hati saya juga jadi lebih tenang. Wirid ini mengajarkan saya untuk selalu percaya bahwa Allah selalu punya rencana terbaik untuk kita, meski di awal kita mungkin tidak mengerti,” jelasnya dengan mata yang berbinar-binar.

Harapan dan Pesan untuk Orang Lain

Ketika ditanya apa harapannya ke depan, Inaq Imah berharap anaknya, Adzkar, bisa tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, dan berakhlak baik. Ia juga berharap agar wirid ini bisa membawa berkah bagi lebih banyak orang.

“Saya berharap agar lebih banyak orang yang tahu tentang keberkahan dari Adzkarul Mu’minin. Ini bukan hanya soal dzikir, tapi soal keyakinan bahwa dengan doa yang tulus dan ikhlas, Allah akan memberi jalan terbaik,” katanya dengan penuh harapan.

Inaq Imah menutup pembicaraan kami dengan pesan untuk semua ibu di luar sana yang mungkin sedang berjuang seperti dirinya dulu.

“Jangan pernah putus asa. Selalu percaya bahwa doa adalah senjata paling ampuh. Apa yang kita alami adalah ujian, dan dengan dzikir serta tawakal, insyaAllah semuanya akan membaik.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun