Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Beryn, lahir di Pulau Seribu Masjid, saat ini mengabdi pada desa sebagai TPP BPSDM Kementerian Desa dengan posisi sebagai TAPM Kabupaten. Sebelumnya, ia aktif mengajar di beberapa perguruan tinggi. Beryn memiliki minat pada isu sosial, budaya, dan filsafat Islam. Saat kuliah, Beryn pernah mencoba berbagai aktivitas umumnya seperti berorganisasi, bermain musik, hingga mendaki gunung, meskipun begitu satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya adalah menikmati secangkir kopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Inspiratif (3) "Setelah Mengganti Nama"

2 Oktober 2024   23:17 Diperbarui: 3 Oktober 2024   09:40 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.bing.com/images/create/seorang-pendamping-desa

Di sebuah rumah sederhana di Desa Montong Sapah, Lombok Tengah, saya bertemu dengan Inaq Imah, seorang ibu yang penuh dengan senyum hangat. Di balik senyum itu, ada sebuah cerita yang mendalam tentang perjuangan seorang ibu dan kepercayaannya pada kekuatan spiritual. Inaq Imah memiliki seorang putra yang dulu sering sakit-sakitan, dan pada akhirnya, sebuah perubahan nama membawa kedamaian serta kesehatan bagi keluarganya.

Ketika saya bertanya tentang anaknya, Inaq Imah menatap ke arah luar jendela, seakan mengingat kembali masa-masa sulit yang telah ia lewati.

Anak Saya Sakit-Sakitan Sejak Lahir”

“Sejak lahir, anak saya selalu sakit-sakitan,” katanya membuka percakapan. “Sebulan sekali pasti ada saja penyakit yang datang. Kadang demam tinggi, kadang batuk berkepanjangan. Saya sudah coba berobat ke sana-sini, tapi tak ada perubahan yang signifikan.”

Dengan nada suara yang lembut namun penuh kepasrahan, Inaq Imah menjelaskan bagaimana dirinya terus-menerus membawa anaknya ke dukun kampung, dokter, dan bahkan ke rumah sakit, tapi setiap kali sembuh, tidak lama kemudian penyakit lain datang menghampiri. Sebagai ibu, melihat anaknya menderita membuat hatinya remuk redam.

“Saya sudah coba segala cara, mulai dari medis sampai tradisional. Setiap kali dia sembuh sebentar, tak lama kemudian sakit lagi. Saya hampir putus asa,” katanya dengan suara lirih.

Sebuah Pertemuan yang Mengubah Segalanya

Suatu hari, ketika sedang mengobrol dengan tetangga jauh yang kebetulan alumni Pondok Pesantren Al-Aziziyah, Inaq Imah mendengar tentang kitab Adzkarul Mu’minin, sebuah kumpulan dzikir yang berisi doa-doa dan wirid untuk berbagai keperluan kehidupan sehari-hari.

Tetangganya itu menyarankan agar Inaq Imah mencoba membaca wirid dari Adzkarul Mu’minin setiap hari dan menamai anaknya dengan nama yang sama, sebagai simbol keberkahan dan doa agar anaknya selalu dalam perlindungan Allah.

“Saya tidak terlalu paham soal dzikir atau kitab-kitab, tapi saya yakin dengan doa dan niat baik. Saya pun memutuskan untuk mencoba,” kenang Inaq Imah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun