Contohnya, riya' bukanlah dosa yang mudah terlihat seperti mencuri atau berbohong, tetapi sifat ini bisa menghancurkan esensi ibadah seseorang.
Iblis juga berfungsi sebagai "penguji," memperlihatkan bahwa perubahan sejati membutuhkan keberanian untuk melawan diri sendiri.
2. Peran Masyarakat dalam Membentuk Perilaku Tokoh Utama
Tekanan sosial jelas menjadi salah satu penyebab tokoh utama bersikap seperti itu. Dalam masyarakat yang sering kali menilai seseorang dari tampilan luar, sulit bagi individu untuk benar-benar jujur dengan diri sendiri. Tokoh utama merasa perlu menunjukkan kesalehan untuk diterima, dihormati, atau bahkan dianggap lebih baik daripada orang lain.
Ini mencerminkan fenomena nyata di mana standar sosial terkadang menjadi "cambuk" yang memaksa orang memprioritaskan citra di atas kebenaran.
Namun, ini juga menjadi pelajaran bagi kita sebagai masyarakat untuk tidak terlalu cepat menghakimi, karena bisa saja kita ikut mendorong orang lain ke dalam kepalsuan.
3. Langkah untuk Kembali pada Niat yang Murni
Jika kita berada di posisi tokoh utama, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk kembali ke jalan yang benar:
Introspeksi Diri:Â Mengakui bahwa niat kita mungkin belum sepenuhnya murni adalah langkah awal untuk perubahan.
Menyederhanakan Ibadah: Fokus pada hubungan dengan Tuhan, bukan pada penilaian manusia. Misalnya, memilih untuk beribadah tanpa harus selalu diumbar atau dipamerkan.
Menghindari Ekspektasi Sosial: Membangun keberanian untuk tidak terpengaruh oleh tekanan sosial. Ini membutuhkan latihan mental agar tidak selalu mencari validasi eksternal.