Tapi, penguasa tak pernah habis cara untuk menundukkan punggawa. Kekuasaan tetap saja kekuasaan. Nyaris tak ada sejarah penguasa mau kalah dengan rakyat. Demi menjaga nama baik, penguasa akan tetap saja melakukan apapun demi martabatnya. Siaipun penguasanya, tak mau kekuasaan dan status jabatannya dipermalukan di hadapan publik. Pun demikian halnya malam itu.
Gubenur tak kurang akal meredakan emosi Jastin yang baru saja meledak di atas panggung. Gubernur tak mau ditelanjagi di hadapan anak buahnya, apalagi di rumahnya sendiri : Pendopo Utama.
Hanya berselang beberapa detik, gubernur terlihat beranjak dari tempat duduk. Sejumlah pejabat yang berdekatan duduk dengan gubernur berdiri. Sementara yang lain hanya bengong. Heran, gerangan apa yang akan dikatakan gubernur kali itu.Â
Suasana jadi hening dan tegang. Tepuk tangan spontan menggemuruh ketika gubernur dipastikan naik ke panggung untuk kali kedua, di luar sambutan resmi. MC buru-buru melangkah ke tengah panggung dan memberikan mikropon pada orang nomor satu di kotaku.
"Mohon maaf, kalau saya harus kembali naik panggung. Sekali lagi saya mohon maaf kalau ada yang terlupa. Ini mungkin kesalahan saya dan juga Tim seleksi yang tidak melibatkan seni sinematografi dan film dalam anugerah malam ini. Saya atas nama pemerintah provisni, dan atas nama panitia malam ini penghargaan seni sinematografi dan film kita masukkan dalam kategori anugerah seni. Mohon maaf kepada Pak Jastin kalau saya tidak tahu sepak terjang anda di film dan sineteron. Saya mohon kepada Pak Jastin bisa naik ke panggung," ujar gubernur malam itu. Jastin sama sekali tidak menyangka kalau gubernur akan mengajak dirinya ke panggung resmi.
Entah apa yang terpikir di benaknya, seketika Jastin langsung beranjak dari duduk dan melangkah menuju panggung. Bangga, bahagia, haru dan senang. Tak jelas. Sekali lagi, Jastin menyalami gubernur. Wajahnya masih belum puas. Agak sinis terhadap ujaran gubernur malam itu. Sebab Jastin belum mengetahui akhir dari sambutan gubernur dua periode itu.
"Pak Jastin, mohon maaf. Ini hanya kesalahn teknis saja. Malam ini, melalui dinas pariwisata, Pak Jastin berhak mendapat anugerah seni sinematografi dan film, dengan uang pembinaan sepuluh juta rupiah. Pak Kadin Pariwisata, tolong siapkan untuk Pak Jastin sepuluh juta, besok diambil di dinas pariwisata. Kalu dinas dak katek duit, ambek ke rumah, biar duit aku yang kasih uang pembinaan sama Pak Jastin," ujar gubernur yang ditingkahi tepuk riuh para undangan.
Gubernur langsung turun panggung. Tapi langkahnya terhenti sesaat ketika Jastin tiba-tiba menarik tangan gubernur untuk menyalami sebagai ucapan terima kasih. Kali ini Jastin mencium tangan gubernur. Spontan, wajah Jastin yang tadinya tegang menjadi cair dan sumringah. Di benaknya sudah tergambar uang 10 juta rupiah.
Sebagai ucapan terima aksih, Jastin kemudian menyambar mikropon dari MC. Wajahnya cerah, nyaris mengalahkan lampu panggung malam itu. Napasnya masih belum teratur. Mungkin karena Jastin mendapat kebahagiaan kejutan dari pimpinan pemerintah.
"Nah, inilah contoh gubernur yang bisa menghargai seniman. Ini patut dicontoh oleh gubernur lain di Indonesia. Ini bentuk kepedulian pemerintah pada seniman. Terimo kasih Pak Gubenur, atas penghargaannya. Sekali terimo kaseh nian," Jastin kemudian turun panggung dengan senyum puas. Kali kedua Jastin mendekati gubernur dan mencium tangan untuk kali kedua.
Di hadapan ratusan udangan, rasa malu gubernur malam itu terselamatkan. Jastin yang meludahi muka gubernur, malam itu kena konck out 10 juta dari gubernur. Beberapa kepala dinas menoleh ke wajah gubernur. Satu diantaranya memberi acungan jempol. Gubernur pun melakukan hal serupa. Tapi sedetik kemudian, gubenur membalik jempol ke arah sepatunya.