*
Ba'da isyak, seperti yang dijadwalkan, ratusan seniman di kotaku sudah memenuhi Ball Room Pendopo Utama, ruang pertemuan di kediaman gubernur. Tak ketinggalan Pardiman dan Sutarman juga sudah ikut hadir. Tampak keduanya bercengkrama dengan beberapa seniman lain yang turut hadir malam itu.
"Hei, ngapo cuma beduo, bae. Mano Amran?! tanya Erwin, seniman Teater yang sudah beberapa kali mendapat penghargaan aktor terbaik di kotaku.
Erwin sangat tahu dengan tiga serangkai, Pardiman, Sutarman dan Amran. Tapi kali itu Amran tidak nongol hingga menjadi bahan tanya Erwin di acara sebesar itu.
"Lagi ado gawe. Kato dio, Amran lagi dikejar deadline berita, jadi dak biso diganggu, gek pecah fokus katonyo," Pardiman mencoba melindungi Amran.
"Bukan kareno undangannyo ditanda tangani gubernur?!" Erwin sepertinya sudah dapat kabar burung tentang ketidakhadiran Amran. Pardiman dan Sutarman hanya senyum.
"Payah budak itu. Awak seniman, tapi kaku. Seharusnya dio ambek positifnyo bae. Kito pacak silaturahmi di sini. Jangan cak itu lah. Omongi samo Amran, jangan cak itu. Kito hormati Pak Gubernur yang sudah ngundang kito," ujar Erwin.
"Kami di kantor sudah bahas. Mulut kami sudah berbuih ngajak Aman. Tapi maseh tula nak kendak dio. Amran itu wongnyo kalu ngomong A yo A. Dak pacak nak dibelokke lagi," ujar Pardiman.
"Itu namonyo idiealisme keblinger, Bro. Mada'i cuma gara-gara tanda tangan undangan dio dak datang. Jadi apo bedanya wong balek haji, laju marah gara-gara dak disebut haji!" Erwin membuat perumpamaan. Pardiman dan Sutarman lagi-lagi hanya bisa menghela napas. Tak bisa lagi berargumen tentang sikap Amran.
*
Ketiganya kemudian menempati beberapa kursi, bersama undngan lainnya ketika MC malam itu sudah mulai membuka acara. Deretan kursi utama terlihat jajaran petinggi di pemerintah provinsi, termasuk gubernur.