Dalam keadaan telanjang ia dibaringkan di atas bara, agar ia meninggalkan agamanya. Tetapi dia menolak. Bahkan suatu ketika orang -- orang Quraisy membanya keluar lalu melemparkannya ke pasir yang panas. Dalam keadaan telanjang, kemudian beberapa laki -- laki mengangkat batu besar yang juga panas dan menjatuhkannya ke atas tubuh dan dadanya.
Siksaan kejam dan biadap ini terus dilakukan setiap hari. Sampai -- sampai para algojo letih menyiksanya.
Hal inilah yang dijadikan Rasulullah SAW dan Islam sebagai guru bagi seluruh kemanusiaan dalam persoalan menghormati hati nurani dan mempertahankan kebebasan dan kemerdekaannya.
Waktu siang menjelang waktu Zuhur, Bilal di bawa ke padang pasir lagi. Saat Bilal disiksa, tiba -- tiba datang Abu Bakar As Shiddiq. " Apakah kalian akan membunuh seorang laki -- laki karena mengatakan, "Rabbku ialah Allah?" Kemudian dia berkata kepada Umayah bin Khalaf, " Ambilah tebusan yang lebih besar daripada harganya dariku, lalu bebaskan dia".
Akhirnya Umayah setuju, dan membebaskan bilal.
Setelah itu Abu Bakar mengajak Bilal bertemu Rasulullah SAW untuk menyampaikan kabar gembira tentang kebebasan Bilal.
Setelah Rasulullah SAW dan kaum muslimin hijrah dan menetap di Madinah, beliaupun mensyariatkan azan. Bilal bin Rabbah terpilih menjadi muadzin pertama Rasululllah dan umat Islam.
Suatu saat, terjadilah peperangan antara kaum muslimin dan tentara Quraisy yang datang menyerang Madinah. Pertarungan berkecamuk dengan sengit dan dhasyat. Bilal maju dan menerjang dalam perang pertama pada masa Islam itu, yaitu perang Badar. Semboyannya ditiahkan oleh Rasulullah SAW menggunakan ucapan "Ahad,,,,,Ahad,,,,,".
Ketika pertempuran diantara dua pihak telah dimulai, dan barisan kaum muslimin bergerak maju dengan semboyannya "Ahad....Ahad...., jantung Umayah bagai tercabut dari akarnya. Rasa takut menguasai dirinya. Kalimat yang kemarin diulang -- ulang oleh budaknya di bawah tekanan dan siksaan, sekarang telah menjadi semboyan dari suatu agama secara utuh.
Pertempuran telah berkecamuk. Ketika perang hamper usai, Umayah melihat Abdurrahman bin Auf. Diapun memntia agar menjadi tawannanya. Seketikan itu Bilal berteriak keras dan menolak mengetahui hal tersebut.
Bilal menolak kalau Umayah dijadikan tawanan, karena perang masih berkobar dan roda peperangan masih berputar. Sedangkan belum lama berselang pedang Umayah menghujam di tubuh kaum muslimin yang masih meneteskan darah.