Di tengah-tengah aktivitas, kemarin akhirnya bisa menikmati libur akhir pekan di Sembalun, Lombok Timur. Sejujurnya, saya sudah lama ingin ke tempat ini demi mengisi waktu senggang. Saya ingin berleha-leha sambil melihat keindahan Gunung Rinjani dari dekat.Â
Sayang, hasrat itu tak pernah kesampaian. Saya memang sempat beberapa kali ke Sembalun. Namun kedatangan saya bukan untuk berwisata, melainkan untuk mendistribusikan bantuan gempa. Saya hanya melihatnya sepintas.Â
![Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/01/10/img-20200109-wa0011-5e189055d541df08c837cb92.jpg?t=o&v=770)
Desa ini dikelilingi bukit-bukit hijau yang serupa lukisan. Alamnya masih benar-benar asri. Potensi inilah yang kemudian menjadi berkah bagi penduduk setempat. Masyarakat Sembalun kebanyakan bertani, serta ikut menjadi pelaku wisata.Â
![Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/01/10/img-20200106-190056-833-5e18916a097f362c48508cd2.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/01/10/img20200106082740-5e188eb6d541df14ab1101c2.jpg?t=o&v=770)
Kemenangan Sembalun di ajang itu lantas dianggap sebagai sebuah penghargaan yang prestisius. Penghargaan itu sekaligus menajamkan posisi Sembalun sebagai destinasi wisata halal kelas dunia. Di desa kecil ini, berbagai bangsa datang dengan tujuan yang sama, yakni berwisata, berbulan madu, menikmati keindahan alam, serta menikmati hari-hari yang penuh petualangan.
![Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/01/10/img20200106060429-5e189029097f365fad52de12.jpg?t=o&v=770)
Saat saya singgah di Coffee shop miliknya, saya langsung disuguhi kopi. Kami berbincang sambil menikmati kopi yang rasanya tak kalah dengan kopi-kopi yang dijual di cafe-cafe besar di Jakarta. Yang lebih membuatnya terasa nikmat adalah sensasi dingin khas pegunungan.
![Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/01/10/fb-img-1578667736226-5e188f61d541df27cf417b52.jpg?t=o&v=770)
Saya juga melihat turis asing yang menginap di tempat ini. Dilihat dari gelagatnya, tampaknya mereka adalah sepasang kekasih atau suami istri. Mungkin saja mereka tengah berbulan madu. Saya membayangkan betapa bahagianya bisa menghabiskan waktu bersama orang terkasih di tempat seindah ini.Â
Keesokan harinya, saya tak ketinggalan untuk menikmati suasana sunrise atau matahari terbit. Pagi itu, cuacanya memang sedang bersahabat. Saya bisa melihat keindahan Gunung Rinjani yang menjulang dari jarak dekat. Rasanya hanya sepelemparan batu dari tempat saya berdiri. Sungguh pemandangan yang memukau.
![Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/01/10/img20200106074602-5e189113097f360287570892.jpg?t=o&v=770)
Sesaat sebelum pulang, saya juga menyempatkan diri untuk berwisata ke kebun apel. Luasnya setengah lapangan bola. Di sana, kita bisa leluasa memetik buah apel untuk dibawa pulang. Apel-apel segar yang baru dipetik itu dibanderol dengan harga 50 ribu rupiah per kilonya.Â
![Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/01/10/img20200106074438-5e189121097f36152e31f782.jpg?t=o&v=770)
Andai tak ada aktivitas lain, saya ingin berlama-lama di Sembalun. Saya ingin berkeliling dari objek wisata satu ke objek yang lain. Saya ingin melakukan interaksi lebih dalam masyarakat, para tetua adat, hingga tokoh agama mengingat Sembalun sering disebut-sebut sebagai salah satu desa tua di Lombok. Saya ingin tahu lebih banyak hal.
![Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/01/10/img20200105165437-5e18914f097f36136e32dc42.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI