Saya juga melihat turis asing yang menginap di tempat ini. Dilihat dari gelagatnya, tampaknya mereka adalah sepasang kekasih atau suami istri. Mungkin saja mereka tengah berbulan madu. Saya membayangkan betapa bahagianya bisa menghabiskan waktu bersama orang terkasih di tempat seindah ini.Â
Keesokan harinya, saya tak ketinggalan untuk menikmati suasana sunrise atau matahari terbit. Pagi itu, cuacanya memang sedang bersahabat. Saya bisa melihat keindahan Gunung Rinjani yang menjulang dari jarak dekat. Rasanya hanya sepelemparan batu dari tempat saya berdiri. Sungguh pemandangan yang memukau.
Sesaat sebelum pulang, saya juga menyempatkan diri untuk berwisata ke kebun apel. Luasnya setengah lapangan bola. Di sana, kita bisa leluasa memetik buah apel untuk dibawa pulang. Apel-apel segar yang baru dipetik itu dibanderol dengan harga 50 ribu rupiah per kilonya.Â
Andai tak ada aktivitas lain, saya ingin berlama-lama di Sembalun. Saya ingin berkeliling dari objek wisata satu ke objek yang lain. Saya ingin melakukan interaksi lebih dalam masyarakat, para tetua adat, hingga tokoh agama mengingat Sembalun sering disebut-sebut sebagai salah satu desa tua di Lombok. Saya ingin tahu lebih banyak hal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H