Mohon tunggu...
M Imron Fauzi
M Imron Fauzi Mohon Tunggu... Penulis - Pedagang Kecil

Duniaku BUMI MANUSIA dengan segala persoalannya. -Minke

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Sejarah Perjuangan Santri dan Tantangan Transformasi Digital

17 Desember 2020   23:15 Diperbarui: 17 Desember 2020   23:20 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seruan tersebut di anggap sukses besar karena mampu menggerakkan ribuan mujahid yang datang dari penjuru daerah memenuhi Kota Surabaya untuk mengusir penjajah yang berkeinginan menduduki Indonesia kembali. Resolusi jihad yang difatwakan KH Hasyim Asya'ari ini menjadi perang paling fenomenal yang pernah ada dalam sejarah Santri Nusantara. Hingga kemudian hari tersebut terkenal dengan istilah "Hari Santri Nasional" dan selalu diperingati tiap tanggal 22 Oktober.

Kemudian sejarah santri berlajut di era reformasi. Pada kala itu, KH Abdur Rahman Wahid, yang kerap disapa Gus Dur menjadi Presiden RI menggantikan Presiden BJ Habibi. Gus Dur adalah representasi kaum santri yang berhasil menduduki kursi nomor satu di Indonesia. Dalam menjalankan misi Reformasi, banyak sekali kebijakan-kebijakan yang (menurut saya) cukup berani di ambil Gus Dur. 

Ketika Gus Dur baru sebulan menjabat sebagai presiden, seketika Gus Dur merombak tatanan birokrasi pemerintahan dengan cara membubarkan Departemen Sosial dan Departemen Penerangan. Gus Dur juga menyambangi mantan Presiden Soeharto. Padahal, waktu itu Soeharto dan Keluarga Cendana sedang menjadi sorotan publik. 

Saat itu, Gus Dur mengusulkan bahwa Soeharto harus diadili, kemudian hartanya disita, lalu Soeharto dimaafkan. Hingga akhirnya, untuk pertama kalinya, pada 30 Agustus 2000 dilaksanakan pengadilan terhadap mantan Presiden Soeharto.

Kemudian, kebijakan Gus Dur yang menuai kontroversi dari banyak kalangan ialah soal usulan pencabutan Tap MPRS Nomor XXV Tahun 1966 tentang pelarangan PKI dan pelarangan penyebaran ajaran komunisme dan Marxisme/Leninisme di Indonesia.

Gus Dur juga tidak segan-segan memecat Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan Jusuf Kalla serta Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi. Alasan yang disampaikan Gus Dur ialah, keduanya terlibat dalam kasus korupsi, meskipun pada akhirnya Gus Dur belum bisa memberikan bukti yang cukup kuat. Gus Dur juga berani mengubah keangkeran Istana Negara dengan cara menerima tamu dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat umum, pejabat, hingga kiai NU yang hanya memakai sarung dan sandal.

Kebijakan Gus Dur yang paling kontroversial dari semua kebijakan ialah menjelang akhir masa jabatan. Gus Dur mengancam akan mengeluarkan dekrit Presiden untuk pembubaran parlemen. Dekrit itu berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli. Sebaliknya, MPR malah secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Soekarnoputri, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden.

Dari catatan sejarah di atas, membuktikan bahwa santri adalah golongan yang mudah adaptasi, berani, bisa memimpin, dan bahkan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Artinya, dalam menghadapi tantangan era transformasi digital ini, sudah menjadi keharusan bahwa santri mampu beradaptasi cepat dan bisa menjadi golongan penggerak dalam situasi apapun.

Saat ini sudah mulai bermunculan pesantren-pesantren yang benar-benar menyeriusi kecanggihan teknologi digital, seperti pondok pesantren Sintesa yang bertempat di Magetan Jawa timur. Di pesantren tersebut para santri di ajarkan ilmu memahami dan menghafal Al qur'an dan juga berbisnis dengan digital, seperti membangun website, SEO Marketing, sosial media marketing, dan progam lainnya.

Ada lagi pondok programmer di yogyakarta. Di sana selain para santri di ajarkan ilmu agama, satnri juga di ajarkan cara codding dan programmer. Di pondok pesatren Al Fattah sukoharjo juga menyediakan Website sebagai media para santri menulis artikel bertajuk hasanah, opini, sastra dll. Selain itu, juga masih banyak sekali pondok pesantren yang saat ini sudah menggunakan tehnologi digital sebagai metode berdakwah, baik itu youtube, website, atau media sosial lainnya.

Sebagai salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia, sudah menjadi sebuah keharusan bagi pesantren untuk mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya, terutama di bidang informasi dan teknologi. Kalau lembaga pendidikan lain bisa, pesantren bukan sekedar harus bisa, tapi harus lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun