Ini menimbulkan pertanyaan benarkah orang Minang suka Orde Baru? Benarkah mereka suka dan ingin rezim yang telah membenamkan Indonesia ke lumpur paling hina itu kembali? Benar-benar sukakah mereka pada pemimpin korup yang mengangkangi ekonomi negara seenak perutnya itu mulai dari cengkeh, jeruk, mobil nasional, perbankan, jalan tol, kelawa sawit, dstnya itu?Â
Saya tak perlu membeberkan dosa Soeharto, keluarga dan koleganya di sini, karena jumlahnya banyak sekali. Tak kurang bahkan media internasional berpengaruh seperti Time menurunkan laporan khusus berrjudul "Soeharto Inc", tentang megakorupsi Soeharto dan keluarganya.
Sekarangpun keluarga Cendana masih berusaha merebut kembali hasil jarahan mereka selama 32 tahun berkuasa yang nilainya mencapai 700 triliun yang tersembunyi di berbagai rekening di bank Swiss, Cayman dan sebagainya. Jokowi telah behasil menyelamatkan sebagian terutama yang disamarkan sebagai harta yayasan di Indonesia seperti saya kutip dari detik.com. https://news.detik.com/berita/4316132/jalan-sunyi-jokowi-rebut-kembali-uang-negara-dari-supersemar
"Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara Kejaksaan Agung RI, telah berhasil melaksanakan pemulihan keuangan Negara dari beberapa rekening deposito/giro/rekening milik Yayasan Supersemar/Yayasan Beasiswa Supersemar di bank dengan total keseluruhan sebesar Rp 241.870.290.793,62 yang saat ini berada di rekening Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan rekening RPL 175 PN," kata Kapuspenkum Kejagung, M Rum pada Maret 2018.
Ikut akan dieksekusi adalah Gedung Granadi di Jl, Rasuna Said, Jakarta karena keputusan sitaannya dari pengadilan sudah keluar sejak lama. Ini cuma sebagian kecil dari dosa-dosa keluarga Cendana yang akan kembali dibawa Prabowo ke tampuk kekuasaan jika rakyat memilihnya pada Pilpres 2019 mendatang.
Hal lain yang akan kembali jika Prabowo berkuasa adalah kebiasaan dan kebisaan Orde Baru lainnya seperti menggunakan POLRI dan TNI untuk mengamankan kepentingan keluarga mereka, menguasai sistem peradilan, menjadikan DPR dan DPRD sebagai tukang stempel belaka, menguasai sebanyak mungkin lahan perkebunan di Indonesia, termasuk lahan ulayat dan tanah adat di Sumatera Barat yang pernah dikuasainya melalui PT Tidar Kerinci Agung, menguasai bisnis potensial jenis apa saja dari buah, infrastruktur, properti sampai distribusi, Â membreidel media yang berani mengkritisinya, memberantas dengan represif semua aksi unjuk rasa atau pengritik yang berani bersuara, menculik dan membunuh aktivis sebanyak-banyaknya dan seterusnya.
Tentu saja terserah orang Minang mau memilih siapa. Saya sebagai orang Minang cuma bisa bertanya, benarkan orang Minang suka Orde Baru dan menginginkan mereka kembali? Saya nggaklah ya!
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H