Apalagi saat ini target kunjungan wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah sebanyak dua juta wisatawan. Untuk mengejar target tersebut, maka dibentuklah Badan Otoritas Borobudur. Dengan Badan tersebut, akan dilakukan pengembangan wisata melalui Integrated Tourism Master Plan.Â
Untuk memetakan potensi kawasan dan kemudian dihubungkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU Pera). "PU Pera bisa buat jalur jalan kemana pun, tetapi pariwisata harus bisa di atasnya sehingga jalur infrastrukturnya ini hidupkan area-area yang dilewati," ungkap Indah Juanita.
"Peran penting dialog antar kultural wilayah Indonesia dan luar negeri yakni sebagai tempat mempertemukan berbagai kelompok. Meski monumen candi diam tetapi dapat menjadi tempat bertemu banyak orang," ungkap Diane.
Hasto Bramantyo menyatakan Borobudur bukan sesuatu yang diam dan tidak bergerak. Meski terbuat dari batu, kebudayaan di sekitar Borobudur tidak statis. Apalagi uniknya hal tersebut terjadi di tengah-tengah pluralitas yang memang perlu. "Plurality is a necessity not a luxury," ungap Hasto. Dari sana kemudian berkembang budaya lokal menjadi budaya global.
Sedangkan sesi terakhir yakni Kyabje Dagri Rinpoche, menjelaskan mengenai peran warisan budaya dan ingatan kolektif untuk kemanusiaan dan peradaban. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H